Rosihan Anwar Mereportase Puisi dan Lagu-lagu Karya Saya

1303027561298782779Rosihan Anwar/Admin (KOMPAS/Lucky Pransiska)

 

Saya hanya sekedar ingin menyalin kembali apa yang pernah ditulis oleh wartawan kawakan Rosihan Anwar  pada tahun 2006, tentang beberapa karya puisi dan lagu yang saya ciptakan.  Pesta Ulang Tahun yang  berbentuk pagelaran dan berkesan saat itu dihadiri oleh Meutia Hatta yang ketika itu masih menjadi Menteri UPW,  Bambang Kesowo Mensesneg,   Jenderal purn  Soebagyo HS,  Poernomo Yusgiantoro Menteri Pertambangan dan Enerji, juga beberapa seniman, sastrawan, Halida Hatta, Shanaz Haque, Gilang Ramadhan, Ninok Leksono,  dan kerabat sahabat serta keluarga dekat saya.  Masing-masing datang dengan istri/ suami masing-masing. Ruangan yang disulap menjadi ruang teater itu terisi sekitar 200 orang.

Rosihan Anwar beserta istrinya yang jelita, menjadi salah satu tamu kehormatan saya saat itu.  Mereka duduk berdekatan dengan Halida Hatta. Tak disangka,  beberapa hari setelah acara itu ternyata bapak hebat ‘yang tak pernah merasa selesai menjadi wartawan’  ini sudah menuliskan suasana pesta, pertunjukan dan pagelaran saya dalam sebuah media yang terbit seminggu sekali, Cek dan Ricek.  Tulisan itu tetap saya simpan sejak terbitnya tertanggal 28 Juni 2006.  Dan menjadi mengharukan dibaca kembali setelah wartawan hebat ini tiada sejak minggu lalu….

Inilah kutipannya :

…. saya dan istri duduk di teater Ballroom Grand Flora Hotel jalan Kemang Raya, menghadiri pergelaran deklamasi puisi, nyanyian paduan suara dan komposisi lagu piano berkaitan dengan HUT ke-48 Linda Djalil.  Linda adalah mantan wartawan majalah Tempo dan Gatra selama lebih 20 tahun. Sejak tujuh tahun,  bidang itu ditinggalkannya dan berusaha di bidang swasta, di antaranya mengelola salon kecantikan khusus buat perempuan, Allesa. Sajak-sajak gubahan Linda dideklamasikan oleh Taufiq Ismail, Ratna Riantiarno, Jajang C. Noer, Yudhistira Massardi, Ray Sahetapy.  Salah satu sajaknya ‘Ada Maling di Sana’  ditutup dengan bait : Mengapa nurani mereka tak pernah punya/ Apalagi menginsyafinya? / Ada maling! Maling…!/

Lagu-lagu karangan Linda seperti ‘Eyang’, ‘ Untuk Mama’, dan lain-lain, dibawakan oleh Paduan Suara Para Sahabat yang dalam kesibukan mereka sebagai dokter, bankir, dosen, pengusaha, tetap bersemangat menyanyi. Sebagai sesepuh wartawan, sudah barang tentu perhatian saya tertarik  karena Redpel majalah d’Maestro  Rita Sri Hastuti ikut bernyanyi sebagai anggota koor, yang dipimpin oleh konduktor Rensy. Linda, selain pemain piano yang tangguh sebagaimana diperlihatkannya pada malam itu, juga komponis lagu-lagu yang diperdengarkan oleh sahabat-sahabatnya pianis Diah Soenario, soprano Binu Sukaman dan pianis Adeleide Simbolon Simanjuntak.

Pada akhir pergelaran Halida Hatta dan saya sependapat bahwa Linda Djalil itu ‘versatile’ atawa cakap dalam berbagai hal, memiliki banyak bakat. Sebagai mantan aktor sandiwara Maya di zaman Jepang yang banyak sedikitnya tahu tentang dunia pertunjukan, maka saya menilai pergelaran pada HUT ke- 48 Linda sebagai suatu ‘ versatility show’ , pameran kepandaian yang beraneka ragam. Ibu Ida Rosihan sampai bertanya kepada Taufiq Ismail, “Kenapa Linda tidak diakui sebagai penyair, padahal dia memang penyair?”  Jawaban Taufiq tidak saya dengar, sebab hadirin telah berdiri untuk  pergi bersantap. Acara : Menikmati Syukur dengan Puisi dan Lagu,  selesai sudah.

We will eventually post videos, photos, and other sorts https://edit-proofread.com of media as well.