Nelangsa…? Perlukah ? (puisi akhir tahun untuk mbak Pipiet Senja)

mengapa kamu harus nelangsa

melihat kebahagiaan pasangan tua

berpelukan di pesawat udara

saling menyuap

saling mengingat

menelan obat

dengan penuh cinta

——–

mungkin itu hanya kebetulan

yang berhasil kamu lihat

karena di ruang tunggu dokter

atau pengobatan alternatif

acapkali  lain yang aku tangkap

pasangan sering berdebat

sembari tak berani bersuara kuat

saling memaki dan menghujat

mempersalahkan kerewelan

dengan derita penyakit

di sekujur badan

———-

bila sudah begini

aku tersenyum

bahkan ingin tertawa

sekeras-kerasnya

bagaimana patut bersyukurnya aku

tak mengalami hal sedemikian

dimaki pasangan hidup

sembari mengidap penyakit gawat

——–

mereka

kadang tak mensyukuri nikmat

diberi kelanggengan berpasangan

namun sering saling mempersalahkan

lisan tutur kata menyakitkan

padahal harusnya mereka bergandengan

———

jadi,

hai kamu…

tak perlu berkecil hati

yang kau cermati di pesawat

hanyalah pemandangan sekelebat

menelusuri sejuta pertengkaran pasangan

bagai melihat pusingnya semut merayap

———–

nikmati kesendirianmu

bebas menari

rizki  jodoh datang sendiri

berkah Tuhan tak perlu dicari

karena masing-masing porsi

sudah ditentukan sejak kita bayi….

6 comments

  1. Uni Linda sayangku yang dicintai Allah;

    Apa kabarmu?
    Akhir tahun lau saya berkelana dengan buku dari Jakarta, Makasar, Jakarta, Singapura, woooow perjalanan yang sangat mengharu biru.

    Tahun ini. sejak awal Desember saya putuskan harus berkumpul dengan anak dan cucu sembari diterapi jantungku yang sudah bermasalah sejak januari 2012.

    Bahagiakah diriku? Insya Allah!
    Sepanjang tahun ini, 2012, saya berkelana ke mana-mana juga masih dengan buku.

    Kuharap Uni Linda pun berbehagia, menikmati kesendirian kita yang tak pernah sunyi; karena ada anak-cucu, sahabat dan laptop setia yang menemani.

    Semoga masih ada tahun-tahun yang lain untuk kita berkarya dan beribadah, ya Uni Linda.

    Salam Manis dan Bahagia!

    Pipiet Senja

  2. Eda Pipiet,

    Perempuan menjadi bersahaja karena ketegarannya dan kemampuannya untuk tidak pernah mengeluh… Keperkasaan perempuan adalah yang membuat perempuan menjadi sejatinya… Bersyukurlah karena sudah diberi kesempatan untuk belajar menjadi perempuan sejati sementara banyak perempuan lainnya yang terbuai dalam manja, pasungan ketidakmandirian, dan keluhan yang membuat susah…

    Peluk cium untuk eda pipiet dan mbak linda djalil tersayang… Kalian berdua saya banggakan…

  3. Alhamdulillah, saudariku cinta….terimakasih ya sayangku…
    merupakan kehormatan besar ada yang menulis puisi indah begini untuk diriku, dan akhirnya; saya tahu, kelak, jika saya pulang mendahuluimu akan ada yang menuliskan sebuah catatan cinta…

    terimakasiiiih, masih di jalanan nih…
    apa kabar dirimu saudariku?

    1. Terima kasih kembali, mbak Pipiet my dear…..
      Puisi itu muncul kurang lebih tiga menit setelah saya membaca statusmu di facebook…hehe…! Salam dan jangan lupa, pasrahkan segala sesuatunya pada Ilahi… karena DIA wakil hidup kita, bukan?

Comments are closed.