ayah wafat
wasiat tertulis berkata
rumah harus dijual
dalam waktu segera
uang dibagi tiga
kakak beradik bersaudara
kami menangis…
pedih melepas rumah ayah
begitu penuh sesak kenangan
dirajut indah di sana…
pembeli rumah terpana
mengapa isak tangis tiga bersaudara
tiada henti sepanjang masa
mulutnya pun terbuka
sembari uraian kalimat tertera
bila suatu saat punya dana
ambillah kembali rumah ini
beli..
seharga yang dulu terjual
kami kembali terpana
mendengar tawaran orang berhati mulia
mana mungkin uang muncul begitu saja
mengecap rumah itu lagi
bagai mimpi di siang terik menganga..
namun Tuhan punya kuasa
rizki tak berpintu munculnya..
kuraih kembali rumah ayah
setelah takdir baik Ilahi berkata….
muncul kembali cerita lain
tak sampai sepuluh tahun berlalu
muncul prahara..
rumah harus dijual kembali
penyebab tuan rumah berpaling cinta…
rumah ayah kembali berganti pemilik penuh terpaksa…
terjual kepada lelaki pencari mangsa
penipu koruptor otak srigala
bermasalah selalu soal caranya berniaga
kini rumah ayah berubah warna
bentuk tak karuan tak berjiwa
si pemilik pun kini makan tidur di penjara
menikmati buah hasil karya jahatnya
sembari bermimpi dari balik jeruji prahara
masa emas ia berkuasa
pantat duduk di kursi gubernur jauh dari luar Jakarta…
semua tinggal kenangan penuh merana
karena Tuhan jugalah yang menjawabnya….
duh.. rumah ayah
kini dikuasai koruptor
bermukim di bui dengan kolor
rumah ayah kini berlantai atap genteng penuh debu kotor
uang panas membara bagai nyalanya kompor…
Tuhan jugalah yang menjawabnya…
Tuhan jugalah yang menjawabnya…..
untuk sang koruptor….
Duh……sedihnya membaca tulisanmu ini Linda…. Ya, Allah Maha tau…. Kesedihan & air mata 3 saudara tidak sia2…. Smoga suatu saat rumah ayah berada di tangan yang tepat. Aamiin YRA