Gelak tawa dan decak kagum menyebar di ruang teater Jakarta Taman Ismail Marzuki Jumat malam 15 Juni ini. Titiek Puspa sang legenda Indonesia mulai lagi menunjukkan kebolehannya. Penyanyi yang kali ini merangkap sutradara dan pengarah seni ini mempersembahkan drama musikalnya yang baru :Semut Merah Semut Hitam.
Semua pemeran semut di panggung mengenakan kostum semut yang betul-betul lucu dan menarik. Ada gelembung besar di bagian pinggang, dan tanduk bergoyang bagai semut betulan. Sebanyak 48 penari, 52 pemain dan 25 musisi menyatu dalam tari, akting dan seni suara. Perpaduan yang menghimpun kebersamaan dan improvisasi yang sangat khas Titiek Puspa : riang, centil, kocak, dan penuh gurauan meski pesan moral tak lepas dari tiap sudut dialog di dalamnya. Semut-semut bertekad untuk bersekolah menuntut ilmu agar tidak bodoh dan bisa dibodoh-bodohi, bila jadi pemimpin jadilah pemimpin yang menjaga amanah dan menepati janji, harus komit, harus menyadari betapa dashyatnya kekuatan doa. Semua dikemas menyatu dengan kegenitan dan enerji seru Titiek Puspa yang tercermin dan ditulari ke semua pemain. Bayangkan, para penari ada yang mulai dari usia empat tahun, menyemut di atas panggung, dan mereka mampu menampilkan wajah yang sangat ekspresif dalam gerak tari serta bola mata yang berbinar-binar. Suasana benar-benar hidup.
Titiek Puspa berusaha menampilkan kebersamaan dan cinta kasih yang selalu berada dalam dua kerajaan semut, yaitu semut merah dan semut hitam. Sebagai semut jingga, Titiek berperan bagai tokoh penyelamat, agamis, bening hati dan disegani oleh seluruh warga dua kerajaan tersebut, termasuk oleh raja dan ratu.
Dari bibirnya tak lepas kata-kata yang selalu ditiru oleh semut-semut lain. “Atta la liyu”, ujarnya berulang kali. Artinya? Lha itu kan bahasa semut, darliiiing..”, ujar Titiek Puspa usai pagelaran, saat saya tanya. “Artinya kan Aku cinta padamu, I Love You..!”. Oooooo……
Lalu, bahasa semut yang lain juga sungguh menggelitik tawa penonton. Yuuuk, kita main cikumplek (hah? apalagi itu? cikumplek artinya petak umpet .. hahahaha). Belum lagi semut imut-imut berteriak macian, miciun mut mut mut… ( makan, minum, salam sayang rindu) Lalu, ada lagi kata grecigretan – yang dikira dari bahasa Romawi kuno. Padahal, itu artinya adalah gregetan! Cipleeeeeeeek, ujar sang peri yang muncul dari mulut cantik Widi eks penyanyi grup AB Three yang sekarang di kelompok B 3. Lho? itu kan artinya capek! Begitu ujar Titiek Puspa sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Tike Priatnakusuma, Ivan Gunawan, Nina Taman, Ari Tulang, Ingrid Wijanarko bermain cukup ‘gila’ jenaka dan sering berimprovisasi di luar teks dengan cerdasnya. Ivan, yang berperan sebagai penjahat, adalah semut bertopeng yang melakukan fitnah keji untuk kedua kerajaan semut yang rukun dan damai. Bahasa tubuhnya, ekspresi sungguh-sungguh sebagai penjahat dilengkapi dengan kata-kata kocaknya, membuat penonton jadi grecigretan .. eh gregetan! Hahaha..! Ada lagi dialog dari si semut, “Aku kemanusiaan” — maksudnya, aku kesemutan. Semua mengundang gelak tawa. Vina Panduwinata, Dewi Motik Pramono, Didi Petet maupun Tri Utami yang duduk di dekat saya, sama tergelaknya seperti saya dan penonton lain. Namun juga haru muncul menggema saat berbagai lagu karya Titiek Puspa berkumandang. “Bulu kuduk saya kok berdiri juga dengar lagu sendiri.. eh salah ya ini lagu semut huahahahaha!”, ujar Titiek yang masih berperan sebagai semut jingga.
Saat fitnahan mereda dan Ivan Gunawan sebagai semut bertopeng bernuansa seram hitam-hitam tak jadi dihukum, ia berkata, “Saya sesungguhnya sangat setia dan mencintai tuan putri… buktinya.., saya kan sudah bikin baju pengantin untuk tuan putri menikah…, pesan saja di Ivan Gunawan….” — kembali derai tawa memenuhi ruangan.
Ubiet, sebagai pelatih vokal memperlihatkan hasil kerja kerasnya. Begitu pula pianis dan pengarang lagu Dian HP. Betapa Dian sudah memperlihatkan kehebatannya dalam mengaransemen semua lagu yang tampil dalam pagelaran itu. Camelia Malik sebagai ratu semut merah tak lupa dengan lekuk goyang berunsur jaipongannya. Ia bermain sungguh luwes dan penuh penghayatan. Suara indah duet raja dan ratu semut hitam yang diperankan oleh Chandrasatria dan Sitarusanti begitu menyentuh. Ingrid Wijanarko sebagai pak Mban ( ia didandani berkumis berjenggot ) acapkali mengundang tawa penonton. Tata panggung yang tak berkelebihan asesori, puluhan semut yang sungguh imut-imut dengan lagi-lagi berjalan menari berlari sambil jemari tangan mereka selalu bergoyang tiada henti dan tubuh dibebani pantat besar sebesar bantal dan tanduk-tanduk bergoyang, membuat suasana begitu riang mempesona.
Sambil berjalan ke luar ruangan usai acara, saya berkata kepada Ayin pemilik Musica studio ,”Bayangkan Yin, kalau Indonesia tidak pernah punya seorang Titiek Puspa, apa jadinya?” Dan jawab Ayin dengan mata berbinar-binar,”Betul! Titiek Puspa memang luar biasa. Sangat luar biasa……”
Saya pulang dengan hati senang. Sisa air mata haru (bolak balik menangis, tertawa, menangis, tertawa, saat nonton drama musikal itu), terasa masih ada di pelupuk mata. Tak dapat saya lupa perkataan Petty Tunjung Sari putri Titiek Puspa tertua tadi di lobi sebelum acara. “Lin, aku bikin ini semua demi mama. Apapun dia adalah seniman. Di sinilah kepuasan batinnya, kebahagiaanya. Kapan lagi anak-anaknya menyenangkan hatinya? Kami cari sponsor kiri kanan yang tidak terlalu gampang. Tapi kami harus melakukannya untuk kreatifitas mama. Usia memang di tangan Tuhan, bisa aku duluan yang wafat, bisa juga mama atau yang lain. Apapun, kami berusaha betul menyenangkan hatinya. Ini kan prestasi dia, ia bangkit penuh semangat setelah pernah jatuh sakit cukup serius.., ini betul-betul ciptaan dia, kerja keras dia…..”. Saya terpesona mendengar uraian Petty yang cantik dan manis hati itu…..
Saya bayangkan Sabtu dan Minggu tanggal 16-17 Juni saat pertunjukan dibuka untuk umum, tentu akan lebih meriah dan bisa membuat penonton segala usia tercengang. Semut Titiek Puspa memang imut-imut di hari liburan anak sekolah kali ini. Dan membuat kita menjadi sangat grecigretan…. eh.. gregetan !
•*˚•*˚*•,ThαϞк̣̣̥S̤̥̈̊•*˚*• Mbak lin sharingnya..wihhh coba bisa maen di surabaya ya..pasti nonton. Deh..
Wah, Linda … seneng banget baca laporannya, jadi bisa ikut membayangkan dan pengen nonton … sayang jauh … 🙁 Titik Puspa memang hebat, salah satu seniman Indonesia yang luar biasa! Bravo!
ide kreatif mbak Puspa. 🙂 moga bisa menginspirasi banyak orang. Thx mbak Lin, unt report-nya.