pembokat .. eh pembantuku baru sebulan kerja
hanya untuk sementara
selama lebaran dari bulan puasa…
gajinya satu setengah juta
matanya lebar cantik ria
senyum selalu meski lelah menggoda
pembantuku sebentar lagi usai kerja
sebulan di kampung kembali ke Jakarta
meski pernah menyantap rizki dari Saudi Arabia
sebelumnya tak pernah tahu Ibukota..
maka kubawa seharian dia..
melihat pantai marina
nyeruput es sirsak yang lezat
bakmie pasar baru yang ramai sentosa..
juga es krim vanila Ragusa…
ia melongo menyimak istana
dari seberang pagar yg penuh berbendera..
lalu katanya..,
kalau pak presiden lagi ngarang lagu
di kamar yang mana..?
matanya yang indah berkejap-kejap
saat leher menengok ke sebelah kiri
ia terkejut sungguh luar biasa
haaaaaaa… itu kan Monas yaaaaaa?
nanti ada orang gantung diri di situ…
orang kampung juga tahu ceritanya
kata televisi waktu saya nonton di rumah tetangga
tiap hari ada beritanya
berapa tinggi Monas..?
bagaimana sampai ke sana?
lalu nanti digantung di sebelah mana..?
pakai tali seperti apa?
ada tidak televisi yang nanti nyemprot nyorot
berita bisa sampai ke kampung saya…
nonton tivi dari rumah tetangga…
tentu nanti bapak ibu saya…
ketakutannya luar biasa…
waaah, saya tak mau lama-lama di kampung
nanti kembali bekerja
supaya bisa diajak jalan-jalan lagi ke mana-mana..
lihat istana
tempat bapak presiden ngarang lagu..
tapi itu kan tak bisa ditonton orang…
kalau gantung diri di Monas..
pasti gempar ditonton terbuka rakyat Jakarta…
duh.. Monas…
duuuuuh, Monas…
itulah suara pembantuku bergumam tiada habisnya….
dengan lancang ngocehnya lagi
boleh saya putar-putar dari kiri kanan depan belakang Monas
hah? untuk apa…..
maka dengan seenak perut jawabannya,
saya lagi bayangkan….
nanti digantungnya menghadap ke mana..?
ke Istana….????
Cool….
Ngadep ke istana, persisnya ke tempat ngarang lagu 😀
Menarik. Dimana bisa didapat cerpen2 Anda lainnya. Tmksh. Best regards ..
hahaha mantap closingnya,
nanti digantungnya menghadap ke mana..?
ke Istana….????
salaaaaaaam…!!!