Kesedihan tentu tak habis-habis sejak beberapa hari lalu, saat mendengar kabar pak Wiyogo Atmodarminto wafat. Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992 ini dikenal sebagai gubernur yang ‘tak mudah ditekuklipat’ oleh apapun. Sifatnya yang tegas dan konsisten kadang mencengangkan banyak orang, dan dipuji warga Jakarta.
Saya mengenalnya sudah cukup lama, jauh sebelum menjadi wartawan dan ‘ngepos’ di Balai Kota DKI. Anak-anaknya semua (Icke, Rubby, Bambang, Ary), sekolah di tempat yang sama dengan saya sejak di bangku Taman Kanak-Kanak dan SD Kepodang Taman Sunda Kelapa. Bahkan sampai duduk di bangku SMA saya satu sekolah terus dengan Bambang. Ibu Netta, yang kerap saya panggil ‘tante Netta’ juga teman senam ibu saya, di tempat ” Senam Namarina” milik Nani Lubis jalan Cimahi kawasan Menteng Jakarta Pusat.
Bukan suatu kebetulan bila pada akhirnya saya ditugaskan oleh kantor saya, majalah TEMPO , untuk bertugas di Balai Kota DKI. Segala gerak gerik dan kebijakan pak Wiyogo tak luput dari berita yang saya rekam.
Sesungguhnya banyak yang ingin saya ungkapkan, namun hati masih belum mampu. Duka saya masih melekat sampai hari ini. Maka saya kumpulkan berbagai foto , semuanya memang milik saya pribadi. Suatu saat nanti semoga saya bisa berbagi cerita tentang pengalaman saya dengan almarhum.
Semoga foto-foto ‘yang berbicara’ ini bermanfaat juga bagi yang lain. Pelajaran berharga yang saya peroleh selalu adalah, dekatlah senantiasa kepada orang-orang yang ‘sudah bukan siapa-siapa lagi, tidak menduduki posisi apapun lagi’, karena pertemanan yang murni adalah pertemanan yang tidak memandang pangkat jabatan bahkan harta sekalipun.
Salam,
Pemimpin yang meninggalkan jejak yang baik tentu akan dikenang. Kebaikannya baik saat memimpin mau pun setelah menjaid orang biasa akan tetap berkesan. Selamat jalan Pak Wiyogo. Terima kasih untuk tulisan dan foto-fotonya Ibu Linda. Salam.