di sela-sela daun basah
hujan tumpah
petir menggelegar
listrik petir di awan menyala galak
muncul tiga kata
menggores langit :
blusukan, kasihani anak yatim,
sakit maag akut
mengapa blusukan dipertanyakan
ke kali bau dikira piknik berbelanja
masuk keluar kampung
tubuh menuju gorong-gorong
alhasil ulah koruptor terbaca gerah
lalu burung beo tak sekedar bernyanyi
sayapnya melebar juga membeo
ketimbang kreatif tulus yang dilakukan
ternyata lebih mudah ikut-ikutan
blusukan untuk pencitraan
barangkali cinta rakyat akan berganti haluan
ketimbang orang baru yang sudah menarik banyak perhatian
sayang sekali malah mengundang tertawaan
tangis anak-anak di rumah yayasan anak yatim
kelu..
perih..
itulah tangis yang sesungguhnya
tanpa diatur
tanpa diminta
karena mereka lahir dengan pil pahit di mulut
mengarungi hidup atas belas kasihan manusia
tanpa rekayasa
tanpa diperalat
untuk mengundang nestapa
tapi mereka tak sudi kalau orang berkata..,
kasihanilah anak yatim…
mangga muda jeruk bali serta nanas kuning
buah-buahan bertumpuk sembari tergelak
mari…. mari sentuhlah kami
masukkan ke dalam mulut kalian..
kecut asamnya kami sungguh menggiurkan
tapi kami tak sudi menanggung kendala
kalau sakit maag akut
dan ngebut
dan…
mengantuk..
dan..
dan..
dan…. !!
Telat sudah, pencitraannya. Apakah tidak terpikir olehnya, kita rakyat kali melah mencibir. B agaimana sikap tubuhnya waktu bicara kepada rakyat miskin basa basi sangat jelas telihat.. Sang permaisuri selalu mendongak keatas, jeprat jepret foto. Mau mendokumentasikan kemisjinan, atau hanya nampang?
@GM Sudarta : Saya juga sangat menyayangkan kejadian kemarin itu, yang malah mengundang tawa khalayak. Semua serba tidak pas. Ibarat tutup botol dipaksakan untuk menjadi tutup panci, atau kaki kiri harus masuk ke sepatu sebelah kanan. …..