tak ada yang bisa kulakukan
kecuali tertegun
dari balik kaca pesawat
kapas bergulung
putih..
ah..
indahnya kamu, awan…
kapas murni tiada cacat
tanpa noda
tanpa kemelut..
sungguh berbeda dengan kehidupan…
tak ada yang bisa kulakukan
kecuali termenung
kepadamu awan
di luar sana
biru putih menumpuk cantik
ragaku ada di sana
pedihku juga
was-wasku apalagi..
di bawah sana
jauh sekali dari awan
gundah hidup berkepanjangan
kekuasaanku tiada tara
membuat cemasku semakin tak ada ujungnya
gara-gara persoalan salah langkah
anak macan telah kupelihara
sialan
sungguh sialan
rasanya ingin kulempar orang itu ke tengah awan
diremuk diperas dihajar sampai pipih
dia yang kunaikkan derajatnya
dari lelaki muasal tak begitu berpunya
kecuali otak yang cerdas
namun ternyata licik
kuangkat dia ke permukaan kuasa
kini dia melawan
ingin menyeret keluargaku pula
dalam berbagai ancaman
kuberkata kepada awan
orang itu menyulitkan !
ya….
lelaki yang sewajarnya sudah dari dulu
kupersilakan pengadilan seret ke tiang gantungan
bahkan di Monas jadi semaraknya tontonan
kini semakin besar kepala
siap menghunus pedang tajam
ke arah biji mataku
duh…
lagi-lagi kupandang awan di luar pesawat…
awan…awan… tahukah kamu,
orang itu menyulitkan !
orang itu menyulitkan !
anak macan sialan..!!!