Rizal Ramli Soal Century : ‘Anak Buah Jadi Tersangka, Boediono Tidak Kasihan? Tidak Kesatria?’

Rizal Ramli tak pernah bekerja dalam senyap. Riuh rendahnya dalam mengungkap ketidakbenaran di negeri ini yang ia rasakan tak pada tempatnya, nyaris tak luput dari pencermatannya. Dan ke mana-mana ia menyuarakan apa yang ia yakini kebenarannya.

Mantan Menko Ekuin dan Menteri Keuangan serta pernah pula duduk sebagai kepala Bulog, baru-baru ini diwawancarai oleh salah satu televisi swasta, Berita Satu. Pembicaraan seputar kasus Century yang tiada habis diperbincangkan, dan belum habis pula tindakan akhir bagi para ‘aktor’ di belakang kejadian tersebut.Saya menangkap inti dari wawancara, dan mencoba menyarikannya di tulisan ini.

** Rizal Ramli menganggap bahwa Jusuf Kalla semasa menjadi Wakil Presiden,sepatutnya diberitahu, diajak berembuk, maupun didengar pertimbangannya atas awal ‘kejadian Century’.
Lazimnya prosedur standar, menurut Rizal, bila presiden di luar negeri, wakil presiden otomatis mengambil alih. Dan dalam pengambilan keputusan penting tentu menko-menko yang ada harus lapor. “KKSK juga ada organisasinya tersendiri yang harus lapor kepada presiden. Kalau tidak ada, lapor kepada wakil presiden,” katanya.

Ia menduga hal itu memang sengaja tak dilakukan oleh ‘tim Bank Indonesia’ karena ada rencana yang memang tidak sepatutnya dalam memakai dana Bank Century demi kepentingan politik. Seperti yang sudah-sudah dilakukan, dana politik banyak bersumber dari ‘tindakan sapi perahan’ bidang impor pangan gula maupun beras, dari sektor minyak bumi dan gas, plus dari menjarah bank. “Seperti halnya kasus Bank Bali dulu, dan kasus Bank Century,” ujar Rizal.

Rizal mengaku sempat menyelamatkan bank tanpa harus dengan bail out (suntikan). Itu terjadi tahun 2000-an pasca BLBI. Bank milik BPPN saat itu adalah BII. Kejadian rush besar-besaran memang mengerikan, hingga ratusan milyar. Rizal mendapat memo dari IMF dan Bank Dunia. Ada dua pilihan, bank harus memperoleh suntikan baru atau suntikan BLBI jilid 2 sebesar Rp 4, 4 trilyun, atau ditutup total dengan biaya sekitar Rp 5 trilyun.

Sebagai pejabat yang sangat anti mengikuti BLBI, ia tentu tak sudi menandatangani BLBI.”Sekarang kok malah mau tandatangan BLBI? Saya tidak mau”,tegasnya. Maka Rizal memanggil Nello sebagai direktur Bank Mandiri dan Anwar Nasution sebagai deputi senior Bank Indonesia. Ia memerintahkan Bank Mandiri mengambil alih BII agar tetap ada payung kepercayaan.
Bank adalah bisnis trust”, kata Rizal. Direksi diganti , dalam waktu tiga bulan harus sudah dibereskan oleh direksi baru.

Atas ‘ancaman’ Rizal, enam minggu uang sudah kembali.”Take over ecek-ecek itu dibatalkan. Jadi belum pernah terjadi di Indonesia menyelamatkan bank tanpa bail out”, katanya tegas. Hal semacam itu tak terulang di Century, mesk Century hanya berukuran seperenam dari BII. “Motifnya memang dari awal mau merampok bank!”, katanya tegas.

Sebelumnya, menurut Rizal, Boediono datang ke DPR untuk mohon izin menyuntik dana Bank Indover, yaitu bank milik pemerintah Indonesia yang berada di Belanda. Nilainya sebesar Rp 5 trilyun. Boediono dianggap Rizal saat itu menaku-nakuti DPR. “Kalau tidak dibail out ekonomi Indonesia akan terpengaruh, ada pengaruh besar untuk pasar finansial, kepercayaan investor anjlok. Padahal argumen itu bohong semua,” ujar Rizal.

Lalu, Boediono meminta izin pada Antasari untuk memberikan izin suntikan sebesar Rp 5 trilyun. Saat itu Antasari memberikan jawaban yang sama dengan Rizal, dengan kata ‘tidak!’. Bahkan, menurut Rizal, Antasari berkata bahwa kalau Indover tetap dibantu suntikan sebesar Rp 5 trilyun, ia akan menangkap Boediono. “Tentu saya tahu persis cerita itu karena waktu itu dia kan asisten Marzuki Darusman, Jaksa Agung zaman Gus Dur , dan kami perintahkan ke Belanda untuk mempelajari kasus Bank Indover “, katanya. Ternyata, bila ditutup pun tidak akan bermasalah bagi pemerintah Indonesia karena akan diambil alih oleh pemerintah Belanda.

Menurut Rizal lagi, setelah ’ember bocor’ Bank Indover gagal, maka dicarilah ember bocor baru yaitu Bank Century. “Sebenarnya hanya perlu uang untuk menyelamatkannya kurang dari Rp 1 trilyun, sekitar Rp 635 Milyar. Tapi malah dikasih uang Rp 6,7 trilyun. Ini keanehan luar biasa!”, jelas Rizal. Ia juga menambahkan, “Sebetulnya sangat sederhana, kalau menyelamatkan bank, tinggal dilihat dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga di bank Century, di luar dananya Sampoerna itu, kurang dari Rp 1 trilyun. Jadi aneh luar biasa, bank yang ecek-ecek disuntik uang enam kali dari kebutuhannya. Dan kebanyakan bocor, itulah yang jadi dana politik!”

Rizal sangat menyayangkan hal yang sudah jelas tertembus ini dibuat seolah-olah masih menjadi benang kusut, gelap gulita dan menjadi berbelit-belit. Katanya, “Sebetulnya ini sudah terang benderang, siapa yang menyuruh ini. CAR yang tadinya tidak boleh diubah, sengaja dibuat aturannya di Bank Indonesia supaya diturunkan. Ini untuk bail out agar diizinkan, malah diubah dua kali. Dari situ saja banyak keanehan”.

Lalu, Rizal juga menganggap bahwa keterangan Jusuf Kalla sesungguhnya semakin menjelaskan bahwa Boedionolah yang harus bertanggungjawab. Ia juga sangat menyesalkan justru anak buah Boediono yang tak mengerti apa-apa sudah dijebloskan ke penjara, jadi tersangka. ” “Masa’ tidak ada rasa prihatin dan kesatria dari pak Boediono? Kasihan kan anak buahnya?”, katanya gemas.

Meski Rizal memiliki keyakinan bahwa uang itu tak dinikmati oleh Boediono, namun ia tetap dianggap menerima gratifikasi lain. Yaitu: jabatan. “Pejabat tidak menerima apa-apa tapi dia dijanjikan jabatan yang lebih tinggi,” katanya.

Dalam sembilan calon wakil presiden yang diumumkan SBY, Boediono tak termasuk di dalamnya. Rizal mengamati setelah CAR Bank Indonesia diturunkan agar bisa bail out, Boediono langsung muncul sebagai calon wapres. Rizal juga membandingkan dengan kasus Bank Bali, yang mana Sjahril Sabirin tidak menerima uang satu rupiahpun, namun ia dijanjikan jika gol pengeluaran uang bank Bali, ia akan menjadi Gubernur Bank Indonesia untuk lima tahun lagi. “Jadi, dalam kasus kerah putih, gratifikasinya sering bukan uang tetapi jabatan. Pelakunya diminta untuk melakukan sesuatu yang sebetulnya sangat merugikan negara”, kata Rizal lagi.

Dalam kasus Bank Century, Rizal melihat bahwa BPK dengan sengaja melakukan audit kebijakan namun tak melakukan audit aliran uang. “Bisa ditanyakan kepada ketua BPK kenapa? Sampai sekarang uangnya masih gelap, ke mana larinya?”, ujarnya. Beda dengan kasus Bank Bali, Rizal melihat bahwa BPK saat itu mengaudit dana sampai lima lapis sehingga semua serba jelas. Berulang kali Rizal menekankan bahwa yang dibutuhkan untuk penyelamatan Bank Century sangat jauh lebih kecil , sehingga BPK sepatutnya minta kepada Bank Indonesia untuk mengaudit aliran dana. Rizal juga mengatakan bahwa teman-temannya di Bank Indonesia sempat mengatakan kepadanya bahwa dalam waktu kurang satu bulan bisa diketahui aliran uang itu ke mana saja, seperti yang terjadi pada kasus Bank Bali. “Tapi sengaja tidak dilakukan , untuk melindungi seseoranglah!”, katanya. Bahkan menurut Rizal mengaudit secara investigasi masih bisa dilakukan bila beberapa account sudah ditutup. Cara lain adalah menelusuri pengeluaran uang di Bank Indonesia yang ada dalam buku besar. Sebagian uang suntikan itu menurut Rizal adalah tunai, sehingga bisa dilacak dengan cara itu. “Siapa yang terima, pecahannya berapa, KPK tinggal sita buku besar itu untuk menyelidiki uang itu ke mana,” katanya rinci panjang lebar.

Rizal Ramli sangat menyayangkan adanya intervensi yang dilakuan dan upaya menyembunyikan data. Terutama oleh BPK, sehingga audit aliran uang sejak awal tidak dijalankan. “Harusnya ketika kasus ini mulai naik ke permukaan, BPK segera audit aliran uang. Mengapa tidak ditanyakan ada apa, kenapa tidak menyelidiki aliran uang seperti pada kasus Bank Bali? Itu memang tidak mereka lakukan, ujar Rizal lagi dengan gamblang.

Akhir kata, Rizal Ramli tetap menganggap bahwa BPK sebagai lembaga audit yang tugasnya untuk melacak aliran uang Bank Century ke mana, tak sedikitpun dilakukan. “Ada sesuatu yang aneh”, ujar Rizal. Dengan nada pedih !!

7 comments

  1. The end of story : Antasari di vonis 18 tahun penjara karena dinyatakan turut serta menghilangkan nyawa bos Putra Rajawali Banjaran…. Wallahualam bi sawab..

    Yang bener adalah : Di mana ada power, di sana pasti ada abuse of power….

    Selamat tahun baru 2014 ya mbak Linda….
    Semoga kita sehat selalu, kata orang kita jangan sampai jatuh sakit karena di negara kita sudah banyak orang sakit…

  2. The end of story : Antasari di vonis 18 tahun penjara karena dinyatakan terbukti turut serta menghilangkan nyawa bos PT. Putra rajawali Banjaran….. Bener tidaknya? Wallahualam bi sawab….

    Yang bener adalah ” Di mana ada power, di sana lah pasti ada abuse of power”

    Selamat Tahun Baru ya mbak Linda, semoga kita selalu sehat karena ada yang ngomong bahwa kita jangan sampai jatuh sakit, di negara kita semuanya sudah sakit….

  3. Century Bank case: If your deposit of Rp. 2 Trillion is only replaced by LPS (Deposit Insurance Agency) in accordance with the provisions of of Rp.2 Billion and in fact can be withdrawn at Rp. 2 Trillion, are you happy?

  4. Century Bank case: With a program of Short-Term Loan Facility (FPJP) to Century on 14 November 2008 of Rp 680 Billion, then the money owner just replaced a maximum deposit of Rp 2 billion.

    That means, the money of Rp 2 Trillion Budi Sampoerna (now deceased) will be replaced only U.S. $ 2 Billion?

  5. Case of Bank Century: Money Deposit Rp 2 trillion stored in Bank Century Budi Sampoerna derived from the sale of a majority stake HM Sampoerna.

  6. Case of Bank Century: Money Rp 2 Trillion Budi Sampoerna
    have a strong network, so that the Bank Century rescue program of giving FPJP continues to develop into a bailout that was valued at 6.7 trillion. The question is who is HE? because it is not possible …….. Sri Mulyani and Boediono fearless professionalism to provide Century bailout, without a very strong hand command

Comments are closed.