kepala senut-senut
jantung berdebar
jemari gemetar
dengkul lemas
telinga panas
duh betapa tak sedapnya
bila sekujur tubuh terserang
oleh penyakit jiwa
tak berkesudahan
karena badai menghantam
banjir melanda
yang tak berbentuk angin
tak pula berbentuk air bah
namun saran
kritik
rasa kesal
dari penjuru bumi
akibat kebodohan
yang tak terkendalikan
akibat dari emosi
yang tak punya batas..
akibat dari mimpi kuasa
yang tak ingin berkesudahan
itulah sang sumber penyakit
tuan dan nyonya
mengapa harus panik…
yang satu repot bercurah rasa
pada hal printil tak penting
bagai hiburan tabloid
kutu air hinggap di meja
juga harus diberitakan
lalu buku dijual paksa..
laku..
habis…
dan muncul kepuasan semu
yang satu lagi tak kalah sibuk
menjawab sewot lewat dunia maya
bagai emas tak boleh tergores
oleh sebatang jarum sekalipun
menganggap orang lain begitu bodoh
serta kurang ajar berani mengejek
memberi saran
mengkritik
semua menjadi nista yang haram
tuan dan nyonya begitu panik
apakah sebabnya…
menghitung hari mungkin pemicu
karena tak ada lagi mobil berbunyi
mengusir kaum hina papa maupun kaya
yang berada di jalan raya
agar kalian bisa lewat dengan perkasa…
apakah tuan dan nyonya
tak sanggup menyiapkan mental
bila melihat di karpet merah tergelar
yang berdiri adalah manusia lain
dengan kekuasaan lain…
atau tuan dan nyonya begitu ngeri
bila rahasia terdalam mulai diintip
dikoyak
diumbar
dengan segala bukti yang nyata…
tuan dan nyonya yang panik
tak dapatkah hilangkan nestapa
tak ingatkah Tuhan hanya memberi titipan
yang tak mungkin dipeluk dihajar ditelan selamanya…
maka ada baiknya
tuan dan nyonya menebar senyum saja…
bermuka manis
beramahtamah menyapa lapisan manusia
sebagaimana dulu saat ingin meraih kuasa
begitu indah akting kampanye luar biasa…
tidakkah di penghujung kelak nyungsepnya kalian
menampilkan bahasa tubuh yang sama…
ramahnya
indahnya
sabarnya…
merakyatnya..
oya..yaaaa…,
satu hal lagi..,
kami ingin tanya
mohon jawab segera..
tuturan puisi ini
dimaknai artinya..
sembari kami pun berhak memiliki giliran
untuk berkata kepada kalian : “PAHAM?”
SUKA banget ini, mbak Lin:
“menghitung hari mungkin pemicu
karena tak ada lagi mobil berbunyi
mengusir kaum hina papa maupun kaya
yang berada di jalan raya
agar kalian bisa lewat dengan perkasa…”
orang sering “LUPA” Kekuasaan TIDAK ABADI, nama harum (atau sebaliknya) dibawa mati…
SEBELUM TURUN, katakanlah sepata kata saja, “MAAFKAN, KEANGKUHAN KAMI!” memungkin rakyat mempertimbangkannya.