menelusuri Antasari
jalanan panjang membelah Cipete Kemang
kini ruwet dulu lapang
jembatan kokoh seram
tiang sangga raksasa tiada ramah
bagai jalan bukan dari nama pangeran…
menjadikan diri aku seringkali teringat seseorang
Antasari
tak kukenal setengah meterpun
hanya kumis tebal yang terpajang di layar kaca
wajah sendu bagai jiwa melayang
tanah tempat berpijak retak terbelah rentang
kasihan…
Antasari yang malang
mendapat penobatan dusta selangit penuh
dari mulai sang asli pembunuh
hingga perempuan centil pencari mangsa
berdalih bola gelinding di rerumputan luas terbuka
Antasari termangu di balik jeruji
nasibnya sama lelahnya dengan luka hatinya
awan pun tak mampu melawan arus untuk membela
hingga lompatan katak di kali bertimbun lumpur
semakin banyak dari hari ke hari
semakin tolol bagai orang sakit jiwa tak tertolong
semua gelap
semu
tanpa harapan
apalah artinya skenario manusia
bila sudah terlindas oleh Sang Sutradara kehidupan
sejak kapan Sang Rabb bisa tertandingkan?
bila telapak tangan tinggal disentuh sedikit tiupan
apa yang akan terjadi.. terjadilah
Antasari berada di ruang persidangan
tubuhnya kembali melayang hingga ujung lautan
air mata menyembul dari sudut mata tuanya
anak istri tak tahan bersembunyi dari tangis ledakan
inilah hebatnya sebuah kesempatan
atas aturan Tuhan..
atas aturan Tuhan…
saat permohonan peninjauan dikabulkan
bila kelak Antasari mencapai kemenangan
maka tamatlah riwayat para kerbau dungu berangasan
kini mulai tiada tenang tidur sepanjang jam blingsatan
dari si pembuat cerita
si tukang kibul
si tukang ketok palu
sampai perempuan misterius nan dahsyat mata duitan
satu lagi…
raja diraja yang menyimpan kesumat dendam…
sebaiknya bertukar tempat di kubangan….
hingga Antasari menikmati dunia kebebasan..
sepenuhnya atas kehendak Tuhan…