Tuan Kanada Kini Sendiri

pepohonan rimbun
rambutan menggelantung
ranum
merah terang
ikuti ayunan angin
semilir sejuk

rerumputan terhampar
bersiram sisa embun
daun kering merayap pelan
sepi…

tuan Kanada termangu
tiada lagi belahan jiwa
menemani di rumah asri
tiada lagi suara lantunan
rentetan ayat suci mulia mengawang

tuan Kanada termangu
perempuan Brebes muslimah telah pergi
membawa derita sakitnya
meninggalkan tiga anak tercinta
dan dirinya…

tuan Kanada kini sendiri
tangannya bagai tiada daya
kaki menapak bumi penuh kelu
buku nikah di depan mata
bagai jarum menusuk ulu hati
maka buku terbelah dua
terbelah empat
terbelah enam..
lewat gunting tanaman
dari tangan lelaki bule kekar pedih…

tuan Kanada memanggil tukang kebunnya
asal kamu tahu
bagi saya pernikahan hanya sekali
Brebes cinta saya hanya satu
tak ada Brebes lain
dan daerah lain…
yang mampu merasuk dalam raga
dalam batin kosong seperti ini…
tukang kebun pun termangu
iya mister..
iya mister..
saya paham..
tapi mister kenapa tidak pindah rumah saja
daripada tiap hari lihat nyonya di mana-mana
sholat bersama mister di ruang tengah
di sudut rumah atau di kamar pakaian
padahal ia sudah tiada

tuan Kanada termangu lagi
air matanya muncul dari mata birunya
sepi melanda..
tak ada lagi Indonesia..
baginya sudah tamat…
benang merah putus kusut masai sudah
anak-anak di negeri seberang
bersiap menerimanya..
seorang lelaki yang patah hati
patah semangat..
pupus cinta..
pulang ke kandang

One comment

Comments are closed.