Moerdiono pernah menjadi Sekretaris Negara. Ia seringkali dianggap o’on, membuat mual pemirsa televisi yang mendengarkan caranya berbicara. Terbata-bata, bagai orang bego’ yang duduk sebagai jubir Presiden Suharto kala itu. Tapi kami, para wartawan Istana yang tahu persis siapa Pak Moer, tentu tak menganggap demikian.
Pak Moer memang alergi kamera televisi. Ia akan terlihat gagap bila lampu kamera sudah terpasang di depannya. Atau, ia memang sering pura-pura gagap. Kalau alat perekam dimatikan, televisi tidak menyorot, Pak Moer akan lancar berbicara, selancar-lancarnya. Ia sangat cerdas, taktis, hati-hati, tidak serampangan melontarkan kata, dan kedekatannya dengan para wartawan Istana luar biasa.
Ia menjelaskan banyak informasi yang hanya sebagai latar belakang penulisan, dalam waktu yang panjang. Termasuk apa kata Pak Harto yang sesungguhnya, yang hanya untuk sikap penulisan. Semua diceritakan kepada kami, para wartawan yang bisa dipercaya untuk tidak memiliki hobi buruk untuk mlintir berita.
Apapun, kami selalu bertanya juga padanya, “Gimana sih pak Moer, bicara gagap begitu hanya pura-pura.., nanti dikira rakyat memang pak Moer bego’ beneran lhoooo”. Lalu ia hanya tertawa lebar. Katanya, “MENDING TERLIHAT BEGO’ PADAHAL TIDAK, DARIPADA SOK PINTAR BICARA INI ITU CEPLAS CEPLOS PADAHAL GOBLOG. MENDING BERPIKIR DULU BARU BERBICARA, DARIPADA BACOT GEDE KE MANA-MANA, MIKIRNYA BELAKANGAN !!”
Andai Moerdiono masih hidup dan melihat cara Ahok berbicara ….. waaaaah, tak terbayangkan apa komentarnya !!