Kartu sakti diluncurkan oleh penguasa baru. Ibarat ada secercah matahari kinclong bagi rakyat. Sakit disembuhkan dengan pengobatan gratis. Sekolah juga meriah gratis. Betapa mulianya pemerintah masa kini. Ya, namanya juga sakti. Jadi tentu akan membuat kemashlahatan bagi pihak-pihak tertentu bagi yang merasa diuntungkan maupun yang sudah merasakan manfaat kebaikan dari yang serba sakti itu.
Lalu, ada sakti yang lain lagi. Kebo Bule di kawasan Jawa Tengah tepatnya di Solo, juga dianggap keramat, sakti, dan bisa mendatangkan memashlahatan. Buktinya, orang berebut menyentuh tubuh sang Kebo Bule. Bahkan ketika tewas pun, pemberitaan media ada yang berjudul , “Kebo Bule meninggal”. Ada pula yang mengulas bagaimana sang kebo dimakamkan layaknya manusia. Banyak air mata, menangis meratapi kepergiannya. Terlebih orang-orang yang sudah pernah menyentuhnya. Berebutan.
Siapakah si Kebo Bule itu? Kebo, atau binantang berjenis kerbau itu memang berkulit putih agak kemerahan. Konon kerbau itu adalah hadiah dari bupati Ponorogo yang dipersembahkan untuk Sri Susuhunan Pakubuwono II, plus pusaka bernama Kyai Slamet. Sang kerbau dianggap sebagai penjaga pusaka Kyai Slamet. Kebo Bule pun mendapat julukan Kyai Slamet.
Binatang kesayangan Sri Susuhunan Pakubuwono ini memperoleh tempat istimewa, bisa leluasa bebas di luar istana. Tak ada yang berani mengganggu, dan pengawal masa lalu, para abdi dalam turut menjaganya. Tempat sang kerbau itu berkeliaran akhirnya ditetapkan sebagai lokasi untuk dibangunnya kraton Kasunan Surakarata Hadiningrat. Tak heran dalam tiap upacara Satu Suro atau Tahun Baru Islam, kelompok Kebo Bule menjadi pusat perhatian saat keluar kandang. Dianggap keramat, disaksikan banyak orang, dan Kebo Bule menjadi pemimpin arak-arakan barisan manusia. Pusaka Kyai Slamet keluar dari tempatnya, menuju dunia luar dan dijaga oleh para abdi dalem.
Lalu terjadilah peristiwa yang menggemparkan. Bagong, salah satu Kebo Bule yang kini tinggal selusin itu tewas. Diduga ada unsur kesengajaan dari orang tak dikenal yang menusuk dengan tombak. Rakyat berduka. Ada cibiran dari banyak pihak ketika diberitakan sang kerbau diberikan kain kafan, ditaburi bunga sampai diiringi doa saat penguburannya. Apalagi, ‘sang mayat’ diposisikan menghadap arah barat, sebagaimana manusia yang masuk ke dalam lubang kubur. Unik. Tak bisa direndahkan begitu saja, sebab kesakralan sejak 250 tahun lalu itu tetap dianggap memiliki makna khusus. Dianggap dulunya sudah dilumuri kesaktian karena tak mempan dengan kobaran api yang membakar perkampungan di zaman Sultan Agung Hanyakrakusumo. Kebo Bule dianggap bisa mendatangkan rejeki, membawa berkah, menghindari bencana, dan berbagai peristiwa yang dianggap sakti lainnya.
Kebo Bule, riwayatnya tak kunjung punah. Ada yang mempercayainya sebagai media keselamatan kehidupan manusia. Ada yang tak ingin menggubrisnya dan menganggap sebagai kepercayaan konyol. Semua berpulang pada keyakinan masing-masing……barangkali sama pula dengan rakyat Indonesia sekarang yang sedang terkagum-kagum dengan Kartu Sakti yang beredar, berobat gratis, sekolah gratis…., yang semoga saja juntrungannya betul-betul sakti, bukan sekadar pencitraan semu , dan lagi-lagi, moga-moga memang memberikan banyak mashalat bagi kehidupan manusia Indonesia. Tapi, apa iya..?? Lho, iya dong.. asalkan teknisnya jelas untuk pelaksanaannya di lapangan. Kartu sakti kan bukan cerita masa lalu yang bermuasal dari cerita tradisi 250 tahun silam seperti Kebo Bule Sakti ?? Jadi pertanggunganjawabnya harus benderang. Bukan ngasal percaya begitu saja….