Bunda, sudahlah !

bunda mengerang

aku dengar bermenit-menit

bunda tertawa renyah

kutangkap dengan telinga balitaku

bunda mengaum di tengah jalan

kudengar dari layar kaca

bunda,

kapan akan berhenti menjadi perempuan blagu

bagai tak takut pada sepotong tongkat sakti

hingga pejabat tinggi

padahal bunda kerap menerima panggilan

demi lembaran uang bertas-tas

lalu bunda kembali menghinadina

mencaci segala manusia bagai kerang busuk mereka

aku miris bunda

tak ingin rasanya mengunyah penganan dari kekotoran

tak ingin berada di rumah super mewah

karena hasil bim salabim bagai tukang sihir

apa jadinya aku kelak

bila ongkos sekolah bermula dari sikap serampangan

perolehan rizki yang jauh dari berkah Allah

parah

perih

berkelana menjalar hingga ubun-ubun kepala

bundaku, sudahlah !

hentikan permainan busukmu

sebelum Sang Rabb murka semurka murkanya…