betapa kamu menjadi pelipur lara
dalam kegelapanku
suara melengking ceriwis lucu
adalah siraman air embun
ke sekujur tubuhku
Kalila tak dihinggapi rasa bersalah
manakala ia memecahkan gelas kaca
namun tak mungkin hal itu didiamkan
maaf andung
maaf ayah
maaf ibu
itu yang selalu kami ajarkan
agar Kalila memperoleh bekal
saat dewasa menjadi paham
atas kekurangan dirinya
kesalahan yang diperbuatnya
tak sulit menuturkan kata maaf
buang segala gengsi
lempar jauh-jauh sikap arogan
meski kelak
duduk di singgasana kenyamanan
cacat kata
menjadi ingatan banyak orang
keangkuhan menjadi modal kecaman
pemaafanpun menjadi kenangan baik
sepanjang hayat tak terlupakan…
saat Kalila menerima mainan
jangan mulut hanya bungkam
sembari menerima barang
dengan penuh kesenangan
sebab masa usia berikutnya
Kalila tak ingin kami anggap sebagai perempuan
yang tak tahu berterima kasih
atas segala pemberian
dari segala kalangan….
hal sepele dibukakan pintu
diambilkan piring nasi
menyebutlah terima kasih
agar kamu menjadi perempuan berkelas
paham kesantunan
sebab hidup bukan hanya sekadar menerima
apalagi mengeruk azas manfaat
semua harus ada aliran memberi
toleransi yang tak sekadar basa-basi
karena sudah terlalu tertutup iri dengki
besar harapan kami kepadamu, nak
jadilah manusia yang menghargai
dan dihargai
bukan hanya karena cantik
atau pintar sekolahan
tapi kedodoran
dalam moral etika peradaban
seperti yang tersodor di depan mata kita sekarang