Mbak Endang Tukang Pijat, Irwan Hidayat, dan Ultah Sido Muncul

Tukang pijat saya bernama mbak Endang. Badannya ’segede meja makan’  alias besar. Tegap, gemuk, lebar ke mana-mana. Kadang ia naik sepeda motor dengan perlengkapan jaket dan helmnya. Sering juga ia naik turun  angkot ke mana-mana.  Pelanggannya dari mulai jalan Tanjung Jakarta Pusat, Kemang, Kebayoran, sampai Cibubur. Dari istri para penggede, konglomerat,  sampai orang biasa-biasa saja seperti saya.

Bertahun-tahun saya dipijat olehnya, jarang sekali saya lihat ia sakit. Flu juga bahkan tidak pernah. Padahal angin menerpanya siang malam tiada henti di tengah jalan. Janda beranak dua bercucu satu ini memang ulet sekali. Suatu hari iseng-iseng saya tanya, mengapa badannya begitu sehat sementara pasiennya selalu loyo dan setelah dipijat mbak Endang barulah terasa segar bugar?  Sambil nyengir lebar ia membuka isi tasnya.  Ada setumpuk saset plastik berwarna kuning. “Ini lho …  berkat jamu tolak angin dari Sido Muncul,” katanya.  Saya kurang percaya.  “Apa’an tuh mbak Endang, cuma jamu begitu saja kok, emangnya itu vitamin jitu? Sugesti saja kamu ini,” kata saya.  “Eh bener lhooooo, kalau mulai agak nggak enak badan, gasak aja tolak angin, gleg..gleg… betulan lho ini,” katanya lagi sembari tertawa lebar. Tangannya terus memijat punggung saya. Mantap, memang!

Sopir saya yang dulu begitu pula. Rajin betul ia mengantongi tolak angin.  “Maklum  kalau di jalanan kan badan sering gerigilan  kena angin. Minum jamu ini memang enak lho!”, ujarnya.

Suatu hari saya berjumpa dengan Irwan Hidayat di rumah Meutia Hatta yang saat beberapa tahun lalu masih menjadi menteri UPW.  Saya membedah buku hasil karya bu menteri, di tengah para tamu undangan termasuk saat  itu Megawati.  Semula saya kurang paham lelaki ini siapa. Lalu, kakak Meutia mengingatkan, “Ini lho Lin, pak Irwan yang punya jamu Sido Muncul”.  Seketika saya teringat mbak Endang ’si lebar dan kuat’, serta sopir saya, yang doyan nenggak jamu tolak angin.

Pak Irwan hanya senyum-senyum saja. Lalu kami mengobrol sejenak. Kesannya, ia sangat bersahaja dan ramah. Barulah saya ingat lagi, sekian tahun sebelumnya saya pernah bersama-sama dalam acara yang diselenggarakan oleh Ida Arimurti (saat itu masih penyiar radio Delta fm), di salah satu hotel di kawasan Kuningan.  Lalu, dalam acara-acara lain akhirnya saya sering secara kebetulan bertemu pak Irwan.  Terakhir, saat Bob Hasan meluncurkan buku “Mengapa Saya Sehat”, ada pak Irwan datang dengan jalan tertatih-tatih dan bertongkat. “Iya nih saya baru saja dioperasi, karena jatuh,” katanya. Dalam acara itu lagi-lagi Sido Muncul berpromosi dan mengeluarkan produknya bagi para tamu, di Stadion Madya Senayan.

Beberapa hari kemudian di hari yang sama saya mendapat telefon dari lima orang berbeda di kantor yang sama. Entah itu sekretaris, atau bagian humas atau staf Sido Muncul yang lain. Permintaan mereka sama, minta alamat lengkap rumah saya untuk pengiriman undangan pernikahan putra pak Irwan.  Heran, sampai sekian orang yang menghubungi saya, dan mengatakan saya jangan sampai tidak datang.

Bersama Ida Arimurti saya ke hotel Mulia. Penuhnya luar biasa, dan ruangan ditata demikian indahnya. Lorong disulap menjadi taman bunga dan tebaran komponen jamu. Ada jahe, temulawak,  dan bumbu-bumbu lain bertebaran secara utuh dekat bunga-bunga. Uih.., beginilah kalau ‘tukang jamu’  mengadakan perhelatan.

Pulangnya, para tamu diberikan bingkisan kotak antik mewah yang indah sekali.  Setibanya di rumah baru saya tahu isinya selain permen Sido Muncul,  ada jamu saset tolak angin, dan berbagai aneka kopi produk Sido Muncul. Esok paginya saya mencoba menyeruput kopi jahe dari kotak unik itu. Ya ampun.. , tidak saya sangka, lezat sekali kopi itu! Seketika saya ingat mbak Endang, ’si maniak Sido Muncul’.  Apakah dia tahu produk favoritnya kini mengeluarkan kopi jahe?

Terus terang, saya terkagum-kagum melihat upaya Irwan Hidayat selama ini. Kemegahan pesta pernikahan anaknya menjadi suatu bukti, bahwa keberhasilan si orang tua dalam meraih sukses dagangnya tercermin dari mewahnya pesta itu. Paling tidak,  saya menganggap itu adalah pesta seorang pengusaha swasta murni.  Yang bekerja keras, yang telah mengalami jatuh bangun dalam ikhtiar dagangnya.

Bukan suatu kebetulan bila neneknya, Rakhmat Sulistyo, dulu beriklan jamu Sido Muncul  menampilkan dirinya  sebagai logo sembari memangku sang cucu, Irwan Hidayat – kelahiran tahun 1947 itu.  Konon Irwan yang tengah menangis bisa langsung terdiam bila sang nenek sudah mulai memangkunya.  Kedekatan keduanya memang luar biasa.  Lalu usaha jamu dari sang nenek memang sempat digelontorkan ke Desi Sulistyo Hidayat (ibunda Irwan) dan Yahya ayahnya.

Setelah tongkat diberikan kepada Irwan sebagai generasi ketiga, barulah matahari terang muncul dari hari ke hari. Kekompakkan lima bersaudara (Irwan anak sulung) sangat berpengaruh besar pada kelangsungan hidup perusahaan Sido Muncul itu. Bahkan, kepada wartawan Irwan pernah berkata bahwa ibunya khusus berpuasa untuk kerukunan keluarga dan anak-anaknya.  Terobosan yang dilakukan Irwan dan adik-adiknya di tahun 1997, saat Indonesia tengah dilanda krisis keuangan yang memprihatinkan, PT Sido Muncul malah mendirikan pabrik baru. Di atas lahan seluas 32 hektar ia membangun pabrik jamu  sebesar tujuh hektar dengan segala peralatan modern, dan ruangan laboratorium seluar 3000 meter persegi.  “Yang saya ingat, saya hanya ingin memajukan bangsa ini, negeri ini.  Dari jamu-jamuan. Dan bermanfaat bagi orang banyak,” ujarnya suatu kali ketika saya tanyakan tentang obsesinya.

Di hari ulang tahun Sido Muncul hari ini, 11 November, yang ke 60 tahun, Irwan boleh tersenyum bahagia karena produknya sejak tahun 2000 sudah memperoleh predikat dalam sertifikat  Departemen Kesehatan, CPOB ( Cara Pembuatan Obat yang Baik) – yang lazimnya hanya diberikan kepada industri farmasi. Pegawainya yang kian hari kian membengkak, sebanyak 3500 orang dengan teliti turut mengembangkan 150 item produk. Penyebaran produk Sido Muncul sudah sampai ke berbagai negara lain.

Sebagai rasa syukurnya, di hari kemeriahan 11 November ini, ia berniat memberikan bingkisan berisi bahan kebutuhan pokok kepada 1000 kaum duafa di Jawa Tengah, sekaligus  khusus menyelenggarakan pesta besar bagi rakyat Semarang di Lapangan  Pancasila Simpang Lima, dalam rangka kegiatan ‘Ayo Wisata ke Semarang’.  Artis Ibukota akan hadir (Nidji, Masiv, dan lain-lain) memeriahkan panggung dan disiarkan langsung oleh stasiun televisi Indosiar.  Esoknya, giliran ke 3500 pegawai di Klepu km 28  kawasan pabrik akan dihibur oleh Wali Band. Kemarin,  menurut Nani humas Sido Muncul, secara simbolik Irwan menyerahkan ambulans untuk Palang Merah Indonesia, langsung kepada ketua PMI  Jusuf Kalla – satu unit bis Hino seharga Rp 500 juta.  Isinya lengkap dengan empat tempat tidur, fasilitas laboratorium, serta komputer.

Sido Muncul memang telah berkibar muncul di mana-mana. Di ratusan ribu kios pinggir jalan plus jamu gendong dan mencakup 60 an distributor  penunjang. Tak heran pula salah satu jenis minuman kesehatannya sempat mencapai 16 juta bungkus yang terjual dalam waktu tiga bulan. Dan apakah kesuksesan ini membuat Irwan Hidayat gede kepala dan congkak?  Tampaknya sama sekali tidak.  Bahkan semakin maju perusahannya, ia semakin rajin menengok para penjual jamu di kios-kios  pelosok kota dan desa,  serta mengobrol dengan para mbok jamu gendong. Kejeliannya yang cerdas untuk memajukan pariwisata Indonesia disertakan dengan promosi produknya secara besar-besaran.  Selain itu, bila mudik lebaran, Sido Muncul juga menyediakan fasilitas mudik bagi ribuan warga Jakarta yang ingin pulang ke kampungnya masing-masing.

Saya melihat sinar bahagia Irwan dan istrinya yang manis hati, Maria Sinta Ekoputri, saat di panggung pelaminan anaknya….., dan tentunya senyum sepasang suami istri yang saling bahu membahu  puluhan tahun itu juga akan mengembang terus saat merayakan pesta besar Ulang Tahun Sido Muncul tanggal 11 November ini.  Tukang jamu gendong pun tersenyum,  penjual kios jamu tertawa lebar…., juga  tentunya mbak Endang tukang pijat saya… , yang setia selalu pada jamu saset tolak anginnya……!! Oya, dalam beberapa hari ini pun saya sudah mulai ketagihan menyeruput kopi jahenya. Dan ngemil permennya. Uenak tenan…!!

And I look forward dissertationauthors.com/ to learning with you as we share ideas here on edutopia.