Kata Seorang Konglomerat, “Ngapain Pakai Batik? Seperti Orang LSM Saja!”

HL |


 

 

13175457461183439804Ilustrasi/Admin Kompasiana (Sumber: Shutterstock.com)

Suatu malam saya datang ke acara pelayatan. Seorang laki-laki lanjut usia, yang saat saya kecil dulu sering disenangkan olehnya, dibawa plesir ke hotel mewah di Jakarta untuk minum es krim, dan main sepuasnya di rumahnya yang mewah bersama anak kesayangannya, terbujur penuh senyum.  Raut wajahnya tetap indah dan mencerminkan kelembutan hatinya semasa hidupnya. Lebih indah lagi, suasana yang melatarbelakangi jenazah bagai pelaminan pengantin Sumatra Barat. Kain balapak,  tenun emas,  tembok tertutup kain-kain Sumatra, terpampang indah dan menjadikan tempat kedukaan itu tidak sebagai tempat muram –  meski, si empunya rumah beserta keluarga besarnya dirundung duka yang amat sangat.

Saya, dan para pelayat, seusai Yasinan, kembali berdecak melihat indahnya ruangan duka.  Gemerlap, benang-benang emas seakan memantulkan cahaya ke sudut rumah dan yang wafat.  Banyak yang datang dengan berbatik. Pria wanita.  Lalu, seorang teman, konglomerat terkenal berkata, berbisik-bisik kepada saya, “Kamu memang dari rumah sudah pakai baju batik?” . Jawab saya, “O, iya, kebetulan saya memang maha mencintai batik sejak remaja. Jadi bukan karena batik sedang mode saja maka saya memakainya tiap hari. Kenapa? Yang lain juga berbatik malam ini, keren kan?” .  Tak disangka,  ia berujar, “Ah..ngapain pakai batik. Menurut saya sih, kalau saya lagi lihat orang-orang pakai batik, seperti orang LSM saja!”

Leher saya seakan tercekat. Mungkin kalau keterusan, bisa ikut terbujur dengan mayat yang berada di dekat saya! Hati saya ciut. Sebegitunyakah  orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia ini merendahkan batik Indonesia?  Saya enggan menimpali, apalagi berdebat. Suasana tidak memungkinkan. Kalau toh  pembicaraan bukan di tempat kematian sekalipun, saya menganggap tiada ada untungnya berargumentasi dengan orang semacam ini.  Saya bayangkan betapa saudara-saudara saya di desa yang bercucur keringat memegang canting, bergulat dengan aroma malam mengepul sembari sakit punggung terlalu lama duduk.  Bagaimana pula para disainer batik dengan begitu hebat menciptakan corak segala rupa yang rata-rata ada filosofi di dalam gerak gambarnya.  Ah…., orang itu hanya jidatnya saja ternyata yang tertempel KTP dan paspor Indonesia.  Jiwanya tidak pada bangsa ini. Hari ini, meski dikumandangkan jutaan kali sebagai hari batik sedunia sekalipun, mana bergeming baginya

Installing https://pro-essay-writer.com an iphone spy app is easier than ever.

One comment

Comments are closed.