gempita seluruh hamparan lapangan
bepeluh air liur ambisi kemenangan
mengatur siasat agar tendangan
menuju sarang kemuliaan
jutaan umat gempar berteriak
bagai perang kumpulan raksasa
dari segala penjuru dunia..
pada detik yang sama,
waktu yang sama
reaksi seragam seiring sama
begitu bermaknanya
benda bulat bundar yang terlempar lewat otot-otot kaki
mengelabui pihak lawan dengan segala aksi
menari atas kejelian kecerdasan otak
lagi-lagi menuju kaki
—————-
Bola !
ya…, Bola !!
menggelindingpun memakai otak
mencapai puncak karena kerjasama serasi
runtun,
gesit,
sigap,
tanpa celoteh dusta basi..
———–
bukan membutuhkan pelakon yang hanya pandai berlaga
memperebutkan pimpinan organisasi
meski masih mendekam di bui
sampai sudah kembali bisa di depan rumah bersenam pagi..
tetap saja muntah semua segala ambisi
karena begitu yakinnya
sebaran uang kawan lawan akan segera berlari..
mengikuti ke mana arahnya lembaran kertas itu pergi
bola tetap menggelinding terus tiada henti…
mencapai puncaknya bila segala sesuatu yang murni
tetap terjaga pada sebuah hati…
itupun kalau ada..
———–
dan Bola !
menciptakan suasana nyaris semua manusia bertekuk lutut
untuk ikut bermain dalam perhitungan akal dan budi..
budi?
ah.., itupun kalau masih dimiliki…
bola tetap menggelinding beberapa hari dan minggu ke depan ini…
anehnya,
meski disadari bola menggelinding memakai otak…,
kapan bangsa ini mulai bisa mempelajari ???
Perlu diketahui, sebenarnya judul buku ini diambil dari salah satu puisi Linda ke delapan belas yang berjudul “Cintaku Lewat Kripik Blado”.
sebuah puisi yang memikat hati dan menyindir mereka yg tak punya otak, hehehe
salam
omjay
hai Oom Jay…., kalau begitu kita makan ‘gulai otak’ aja yuuuuk… ! hahahaa..!! salaaaaam,