ada sinar menohok hamparan air kolam
menyembul dari balik daun kelapa
bunga kemboja terguyur embun sisa
jernih
senyap ..
namun mengapa tiada gerak
sedikit pun
angin pagi bagai tak sudi mampir
sampai tanah merah tak berumput
putik padi kaku
Ubud mengapa begini
semua diam…
karena rindu angin
rindu sinar berlian kejujuran
jauh sekali di seberang pulau di luar Ubud sana..
semua juga diam
mengapa semua diam
keluarga menjadi tamu pesta
menjadi saksi permaluan dunia
acara berlangsung tanpa sang nyonya
mengurung diri tak sudi tampil sedetik juga
duh.., kalian..
adalah saksi mata mendadak buta
melihat keculasan perempuan jelita
benderang di depan kening lebar
mulut tetap terkunci
bagai manusia bebal tak punya nyali
karena ngeri….
tidakkah kita wajib ingat..
di semua hati kecil terperi
‘ngeri’ hanya layak untuk DIA Yang Maha Memberi….
Dalam bahasa yg biasa ada kandungan magna yg luar biasa mbak.(ini kata mbakyuku mbak 🙂 )
emmmm.tapi sayapun tak bisa berkomentar dng puisi ini mbak.
luar biasa meskipun agak kembeng2 lan mrinding olehe maos seratan panjenengan mbak.
waduh ! ‘olehe seratan’ artinya apa ya? maklum orang Sumatra nih… hehe..!
salamku,