jeritan isak tangis
menderu perih
ayah yang cakep
indah tutur katanya
sabar..
pemurah
gagah tegap..
tinggal seonggok manusia
bagai tiada arti lagi
legam
hancur berantakan
indahnya awan bergumpal
bagai kapas putih
itulah indahnya ayah
senyum tak pernah putus
halus pekerti..
cinta ibu setengah mati
cinta kami kedua putrinya berlangit-langit
cinta seluruh keponakannya
semua dianggap bagai saudara kandung sendiri..
tanpa pamrih…
tugas ayah sungguh mulia
mengantar berbagai bangsa ke mana-mana
sayap menggelepar sungguh perkasa
dari burung besi terkendali
hasil sigap cekatan tangan ayah…
lalu datanglah hari perih itu
ayah mengajar calon-calon penggantinya..
entah salah siapa..
burung besi terjembab dari udara
lapangan udara Kemayoran saksinya
hilanglah sudah nyawa si cakep
penebar kasih ke mana-mana
ketika ayah tak kembali lagi
dari tugasnya di awan..
kami paham guratan nasib akan berubah…
di atas pundak ibu kami bergantung
dari tapak kaki ibu sepanjang hari
kami bergabung
menuai perjuangan hidup…
dengan semangat baru
tiada tara…
nasib kami terulang pada orang lain
ketika ayah mereka tak kembali lagi dari tugasnya di awan..
tangisan masa lalu terasa bergema nestapa..
seperti yang pernah kami alami….
dengan begitu pedih sekali…..
bangkitlah kawan
tegarlah saudaraku
gantung hidup kalian
pada kekuatan doa..
selalu….
dan selalu….
>>>>>>>>(puisi ini didedikasikan untuk tante Neneng Kadarus, Inez dan Mamo…adik-adikku)
Terima kasih, Kakak. Puisi yg indah… Semoga si Ayah tenang di alamnya & selalu tersenyum bangga akan kita…
Indah sekali puisinya. Turut berduka cita.