sogan
truntum
semua corak
tertata tebaran cinta
jualan batik seperti ini
puluhan tahun
hingga tanganku keriput
melipat
menebar kain
menumpuk
coklat-coklat
hitam-hitam
wangi malam
kuhirup senang
aku hanya penjual batik
di pasar klewer
tahun-tahunan
mendambakan nyaman
tak paham politik
sampai kekejaman
karena bagiku
kejam bila aku dicurangi
beli lima kodi mengaku tiga
maka aku tak mendapat laba
panas terik
bersambar kipas
nasi pecel selintas
hiburan perut dalam kios sempitku
tak paham urusan luar..
bunuh-bunuhan…
polisi tewas
hanya kudengar dari tukang dawet
hati miris
batikku bagaimana
bila orang mati di kota
tanpa sebab musababnya..
truntum
batik picis
semua berbudi halus
merasuk sanubari cintaku
batik adalah nafasku
bunuh-bunuhan di kota bukan duniaku
pasar klewer tiada lusuh di mata
sampai kini
kejahatan ada di sana
di luar pasar klewer
tatkala nyawa warga solo
hanya dianggap debu
aku pun bersembunyi
di tengah tumpukkan batik-batikku
bertumpu tanganku yang telah reyot
wajah keriput penuh garis tua
aku hanya penjual batik
di pasar klewer
yang bisa menangis
dan hanya menangis…
mengadu kepada batik-batikku..
kapan manusia tak berhati binatang buas…
berbunuhan karena kekuasaan
dan uang..?
Dan, Negara punya ceritera panjang tentang pelakunya.Tiba-tiba Malaysia dicaci maka, karena ikut menjual ‘batik’, lalu kita memusuhi Malaysia…. Kasihan memang negeri kita. Sibuk melayani pejabat dan koruptor, rakyat hanya alat pelengkap penderita…