Si Mimin

Si Mimin  lelaki nyinyir

mulutnya lebar

rambut ikal

mengaji pintar

tapi mengapa

ayat suci bagai tak berbekas

dalam rohnya

 

Si Mimin pernah berkata

apa salahnya pakai uang kantor

toh hanya sedikit saja

untuk keperluan ke Jakarta

naik pesawat udara

 

Si Mimin lupa

besar sedikit bukan soal

bila itu   bukan haknya

bila nilep aset organisasi

apa itu namanya bukan korupsi?

 

Si Mimin punya kendaraan

acapkali memaki rezim lama

tiada duanya tajam mulutnya

kadang tak percaya ia seorang lelaki

melebihi sinis perawan tua  yang tak juga dikawini….

 

Si Mimin sukses

meraih posisi tinggi

setelah asyik memaki sana sini

hidup bagai di langit surgawi

pesta anak kawin  pun bisa mewah sekali

 

Si Mimin kini pengangguran

ia sibuk mencari cantelan

maka yang muda menjadi sasaran

iri dengki melekat di sekujur badan

Mimin kembali memaki kiri kanan

mencerca  orang yang sudah pasti menang betulan

masih pula dan masih pula ia enggan

mengakui akan  sebuah unggulan

yang muncul dari hasil megah pemilihan

 

Si Mimin masih nyinyir

tahukah dia orang mulai mencibir

apa gunanya ayat suci yang selalu ia sitir

bila semua hanya untuk kecaman yang diplintir….

 

Mimin.. Mimin..

sadarlah…

penyakit hati tak elok bagi hidup

kesumat menyala membuat tambah sakit otakmu…

apa yang sudah kau berikan kepada negeri ini, Min?

mari kita ramai-ramai bertanya kepada rumput bergoyang..

yang  bagai menggeleng dahsyat alang kepalang

sembari semua orang berseru…

Mimin yang malang…

waktumu sudah selesai..

silakan kembali kepada ayat-ayat sucimu

untuk sesungguhnya kau serap

hayati..

dan…. amalkan !!

6 comments

  1. Refleksi yang dalam, juga mengingatkan saya, kalau ‘wis tue’ nanti lebih banyak denger yang muda, daripada masih berpikir menurut aku doank…. Trims Mbak Lin…

Comments are closed.