aku adalah udara
aku juga kapas menggumpal putih
aku angin menderu
aku awan biru
aku ikuti kalian…
yang berada di pesawat menderu..
duh bagaimana bisa kuberitahu
dengan jeritan menggelegar sekalipun…
aku melihat wajah-wajah tenang
yang sebentar lagi hitungan sekian jam
kalian akan tercerabut dari darah mengalir
lemas..
kelu..
duka…
satu dari keluarga terdekat kalian..
sudah pergi pagi tadi…
jauh..
melebihi awan yang kalian tembus ini
dari dalam burung besi…
tak terbayangkan kedukaan ini..
menyerbu yang baru datang dari luar negeri
dari luar jendela pesawat
kuingin berkabar berita
suamimu telah tiada tadi pagi…
kalimat ini untuk sang istri
menantumu lenyap sudah…
kabar ini untuk sang ibu mertua…
ayahmu sudah mendahuluimu….
kata pedih ini untuk si anak…
betapa usia adalah hak penuh
Sang Rabb Yang Tertinggi …
tak pula satu makhlukpun mampu
memaju mundurkan waktu kehidupan seseorang…
dari luar jendela pesawat
kukirim doa kekuatan
atas berita duka yang tinggal beberapa jam lagi
kalian peroleh penuh nestapa……..
duka atas kewenangan DIA…….
( puisi ini didedikasikan untuk Santi, Darma dan mbak Iris — di hari duka 8 April 2013)