Tulisan ini saya salin kembali dari Majalah GATRA terbitan 5 Agustus 1995. Semoga kenang-kenangan hasil investigasi/ wawancara dan reportase saya berguna untuk dibaca kembali.
Beberapa hari sebelum pemerintah mengumumkan pemberian grasi bagi tiga narapidana politik, Soebandrio tampak begitu berbahagia meski masih terkurung di balik tembok penjara LP Cipinang. Ia merasa apa yang diimpikannya akan segera menjadi kenyataan : bebas dari bui.
Sel Soebandrio di Cipinang sebenarnya lebih mirip rumah petak meski pintunya terbuat dari jeruji besi. Terletak di paviliun penjara, tempat tinggal bekas tangan kanan Bung Karno ini berukuran 4x 6 meter. Di situ ada kamar tidur, ruang tamu yang menyatu dengan dapur, dan halaman yang dimanfaatkan untuk menjadi kolam ikan peliharannnya.
Tapi yang namanya bui tentu saja tak seindah rumah sendiri. Cat temboknya tampak dekil. Sama kusam dengan lemari es dan panci nasinya. Tak satu pun barang baru terlihat. Bekerj ada dua , yang dimilikinya sejak 35 tahun silam. Tak ada televisi atau radio. Dapurnya hanya sebuah meja kayu dengan satu kompor kecil. Di situ terlihat tahu goreng dan rawon buatan Sri Kusdyantina, istriny yang dibawa sang istri saat membesuknya beerapa hari sebelumnya.
Buku agama tergeletak di sana sini. Umpamanya “Mengatasi Keresahan Hidup” kaarangan H.M. Syureich , dan “Islam, Kebebasan dan Perubahan Sosial”. Ada pula buku karangan Sindhunata, “Sebuah Bunga Rampai Filsafat” . Al Qur’an yang dimilikinya sejak 1962 selalu terletak di meja kerjanya. Warnanya tak jelas lagi, sudah kusam.
Kamar tidurnya penuh kantong plastik dan koper tua. Kain sepreinya bercorak bunga ungu muda. Ada kaligrafi “Allah” di tembok kamar. Bekas kaleng susu, kaleng permen, dan kaleng roti coklat memenuhi ruangan. Tembok di samping tempat tidurnya pun tak bersih. Ada tasbih, gunting kuku, spido, tinta, minyak angin, Ducolax (obat pelancar buang air besar), dan selai roti. SEmu campur aduk di dekat tempat tidur. Lampunya remang-remang. Udara di situ cukup panas.
Soebandrio bersembahyang di sebelah meja makan, bukan di kamar tidur. Sajadahnya hanya tikar anyaman biasa. Kemeja putih berkerah tinggi yang dipakainya untuk sholat dielusnya berulang-ulang. Ikat pinggang kulitnya juga sudah separuh mengelupas. Tapi suasana di kebun mininya- yang menyatu dengan kebun di paviliun Omar Dhani, tampak lebih nyaman. Soebandrio memelihara ikan emas di kolam kecil. Ada tempat duduk dari semen di tepi kolam itu.
Jadwal mengunjungi Soebandrio di LP Cipinang adalah Rabu dan Minggu. Kusdyantinah hampir tak pernah absen mengunjunginya. Yoga, anak KUsdyantinah dari suami terdahulu, Bambang Supeno (almarhum), biasanya ikut menjenguk. Merek asering terlihat bercnegkerama sambil makan atau berbincang-bincang.
Dalam usia 81 tahun, Soebandrio masih tetap terlihat segar. Tak banyak kerutan di wajahnya yang terlihat bersih dan halus itu. Rambutnya masih banyak yang berwarna hitam. Ia menggunakan kacamata baca Dunhill modeh 20 tahun lalu. Bingkainya besar dan tebal. Tapi kalau ia berjalan, terlihat pelan dan agak tertatih-tatih. Ia mengaku, kalau berjalan akhir-akhir ini sering jatuh terpeleset. Satu-satunya penyakit yang dideritanya sekarang adalah hernia.
Senin dan Rabu pekan lalu, Soebandrio menerima Linda Djalil dari GATRA untuk wawancara. Petikannya:
?? Sudah beralam lama Anda di penjara?
== Kurang lebih 29 tahun. Cukup lama ya?
?? Di mana saja?
== Di rumah Tahanan budi Utomo Lima tahun, di Lembaga Permasyarakatan Cimahi delapan tahun, Rumah Tahanan Nirbaya tujuh tahun. Lalu kembali ke Rumah Tahanan Budi Utomo dua tahun dan terakhir ke LP Cipinang. (Rumah Tahanan Budi Utomo dan Nirbaya dulu berada di Jakarta. Sekarang sudah berbuah fungsi, bukan lagi rumah tahanan –Red)
?? Apa yang paling berkesan di tiap penjara?
== Ketika di LP Cimahi saya diserang herpes. Sakit sekali dan sangat tak enak rasanya. Berbagai obat sudah diberikan tapi tak juga sembuh. Saya berdoa kepada Allah SWT minta disembuhkan. Akhirnya tanpa obat, penyakit itu hilang pelan-pelan. Ini mukjizat. Saya juga pernah jatuh di kamar mandi di Cipinang ini sampai gegar otak. Saya pikir saya sudah mati. Ternyata Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk hidup.
?? Kabarnya Anda menjadi guru kerohnian untuk para narapindana lain, seperti Dicki Iskandar Di Nata, Arsweondo Atmoiloto, A. Latief dan Omar Dhani?
= Ya, mereka serng bertanya macam-macam kepada saya. Dicky, Arwsendo, memang sering tanya tentang agama. Saya sering mengingatkan mereka agar senantiasa beriman dcan bertakwa kepada Allah SWT. Begitu juga kepada Omar Dhani, yang selnya bersebelahan dengan sel saya. Tapi saya jarang bertemu dengan Latief karena selnya jauh dari saya.
?? Sejak kapan mempelajari Islam?
= Saya dididik secara Islam oleh orang tua saya. Tapi saya kurang tekun menjalankannya. Ketika menjadi pejabat, saya sembahyang hanya pada saat-saat genting. Kemudian Allah memberi peringatan kepada saya dengan penjara 29 tahun. Alhamdulillah, dalam musibah ini saya dapat mengenal Tuhan lebih dekat. Saya tak digoda lagi oleh hawa nafsu. menigngat usia saya yang makin uzur, saya merasa harus bersia-siap menghadap Allah dan menjalani purification – pembersihan diri. Di penjaralah saya belajar membaca Al Quran. Yang membantu adalah penjaga sel. Pertama memang sulit. Tapi saya tak mau putus asa. Saya bertekad harus bisa, dan Alhamdulillah ternyata saya bisa. Saya juga banyak belajar pada ustad yang disediakan dinas kerohanian LP. Dalam tiga tahun terakhir, saya tadarus enam juz tiap hari. Dan dalam lima hari sekali saya khatam membaca Al Quran.
?? Dari mana saja buku-buku agama itu?
= Ada yang meminjamkan. Juga banyak dari istri.
?? buku apa saja yang Anda baca?
== Selama 29 tahun ini saya membaca begitu banyak buku. Saya tidak bisa mengeybut satu persatu. Yang favorit adalah Imam Ghazali : “The Concept of Man in Islam” . Juga tulisan Mohammad Iqbal dan Hamka.
?? Anda selalu berpuasa?
=Ya, bulan Ramadhan dan puasa Senin Kamis.
?? Punya buku harian dan terbiasa membuat catatan?
= Sementara ini saya menulis catatan pengalaman rohani dan telaah agama saja.
?? Kegiatan lain di penjara? Sempat menonton televisi?
= Sudah lama saya tak pernah menyetel televisi. Bukannya tak boleh, melainkan saya memang tak mau. Saya anggap hidup di penjara selama ini memang untuk bertapa, untuk membersihkan diri, bukan untuk bersenang-senang. Saya rata-rata tidur hanya empat jam sehari. Selebihnya saya berdoa, sholat, berberes kamar, memasak nasi, memanaskan makanan, melakukan yoga paling sedikit setengah jam sehari, dan mengosek kamar mandi. Akhir-akhir ini saya juga membaca koran atau majalah berita.
?? Masih suka menyanyi?
= Hahaha.., tergantung mood. Saya senang keroncong, tapi paling suka musik klasik dari Beethoven, Bach, chopin. Dulu saya bisa dansa lho. Semua urusan duniawi, minum, kuasa, wah, semua sudah pernah saya miliki. Tetapi saya tak memiliki Tuhan ketika itu. Sembahyang dilakukan hanya kalau ada perundingan yang sulit, misalnya ketika perundingan Irian Jaya. Atau sholat kalau mendampingi pejabat lain. Naik haji tahun 1963 dulu rasanya bukan apa-apa. Maka itu saya ingin lagi pergi haji kalau Tuhan mengizinkan.
?? Bagaimana perasaan Anda sewaktu istri dan anak Anda meninggal dunia?
=Istri pertama saya, Hurustiati, meninggal tahun 1974 karena kanker. Budoyo, anak satu-satunya meninggal dua bulan sebelum ibunya. Waktu itu saya sudah di penjara. Tak bisa dikatakan bagaimana pedihnya. Tapi saya percaya Allah senantiasa memberikan yang terbaik bagi umatnya.
?? Tapi, meski di penjara, Anda tak lama menduda?
= Empat tahun saya menduda. Suatu hari saya diizinkan menghadiri pertemuan kelaurga di luar penjara. Ketika itulah saya bertemu Sri Kusdyantina yang sudah menjanda. Suami pertamanya, Bambang Supeno ( almarhum), adalah famili saya. Kami segera akrab. Kami menikah pada Agustus 1980. Arti pernikahan itu sungguh besar. Kemurahan, anugerah dari Yang Maha Kasih, Allah, dyan ( nama panggilan Kusdyantinah – Red) sungguh istimewa. Saya begitu bahagia didampinginya. Kami saling memberi semangat dan saling menghibur bila cobaan datang mengimpit.
?? Teman paling akrab di penjara?
= Pak Omar Dhani.Dia adalah teman suka duka di dalam penjara. Kalau dia sakit, saya keroki. Atau kalau saya sakit, dia ikut menjaga. Kami sudah seperti saudara sendiri.
?? Pernah berbincang-bincang dengan Omar Dhani mengenai politik?
= Ah malas. Saya tidak pernah berpikir ke sana. Hidup saya tinggal berserah diri kepada Yang Di Antas. Saya sering berdiskusi tentang agama dengan Omar.
?? Ada yang menganggap Anda gembong PKI?
= Alasan utama mengapa orang masuk politik adalah karena ideologi. Saya merasa tak perlu memasuki salah satu partai politik karena ideologi saya sudah masak, yaitu ideologi Pancasila. Semua jabatan tinggi yang pernah saya jabat di masa lalu bukan karena bantuan PKI atau partai lain. PKI bahkan menganggap saya sebagai lawan. Saya bahkan dicap sebagai orang Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang menentang PKI.
?? Bagaimana perasaan Anda saat diberi grasi?
= Es ist zu schon um wahr zu sein —- terlalu indah apabila kenjadi kenyataan. Alhamdulilah. Allahu Akbar. Saya sembahyang syukur bersama istri.
?? Setelah 29 tahun di penjara, Anda baru menerima grasi. Menurut Anda, apa itu terlalu lama?
= Nelson Mandela ‘hanya’ 26 tahun. Saya lebih dari itu. Tapi saya tak mau memikirkannya. Saya pasrah. Saya tak menyesal dibui. Semua kejadian ini atas kehendak Tuhan. Secara fisik saya memang dihukum manusia. Namun saya tahu, sesungguhnya Tuhanlah yang menghukum saya.
?? Apa rencana setelah bebas?
=Saya ingin melihat istri saya hidup lebih santai. Kasihan dia, sampai setua itu masih harus mencari nafkah karena saya tak mampu. Saya juga ada rencana ingin operasi hernia. Tapi, yang penting, semoga saya bisa membenahi ekonomi keluarga dulu. Saya juga ingin mengantar istri saya naik haji.
?? Bagaimana kalau pihak tertentu ingin memanfaatkan Anda demi kepentingan politik?
= Tak ada yang dapat merayu saya untuk main politik dan mengabdi kepada nafsu dunia. Saya tak sudi diperalat. Saya sudah 81 tahun. Saya ingin mempersiapkan diri untuk hidup di akhirat secara kekal.
?? Apa penilaian Anda terhadap pemerintah sekarang, khususnya PakHarto?
= Presiden Soeharto menyelamatkan revolusi. Semoga Pak Harto selalu mendapat karunia Nya agar dapat melaksanakan tugas dengan sempurna demi bangsa dan Republik Indonesia.
( bersambung ) ——>> pengakuan Soebandrio tentang Dana Revolusi.
“Pembunuhan” kemerdekaan, sama kejamnya dengan pembunuhan fisik… Sejumlah kesaksian dari orang jujur akan menjelamatkan Nama Baik dan harkat martabat mereka sebagai manusia. Kebenaran selalu datang pada waktunya. Terkadang dia hanya tampak sedang kalah… Great Mbak Lin… You are his guardian angel….