Terpana

butir embun menyembul
di sela-sela daun
pagi menyala
terang mengucur

butir embun menyembul
tak jauh dari butir air mata
lewat jendela
menyusup ke rerumputan

butir embun menyembul
hati perih terpana
mengapa tak ada lagi dia
si lembut kata
kadang kuanggap dia ibu
kadang teman
seorang perempuan biasa
yang tak pernah mengenal pesta
namun buah tangannya senantiasa
merasuk ke segala pesta

butir embun merambah
menuju butir air mata
lantak
rindu berkepanjangan
akan siap menghadang
kembali terpana…
hingga berlama-lama