terkulai lesu
pegal linu
tiada habis rasa jemu
di mana dunia yang dulu
penuh tawa kebebasan
penuh gerak gempa semaunya
meratap lunglai
tatkala lampu tak bersinar
surut pula semangat hidup
bagai seonggok tubuh tiada daya
merana…
sampai berapa lama lagi
derita muncul bertubi-tubi
perih tubuh tak terlukiskan
terjembab kesal tak berkeputusan
tangan pun berbicara
kaki berkata
helaian rambut tertawa
telinga bergerak melambai-lambai
mata mengeluarkan desis
hidung serasa lapang
dada bergoyang
sampai berapa lama lagi..
jumpa putri yang satu bagai mimpi
cermati putri yang satu lagi penuh haru
keduanya memang milik sang ayahanda
tampilan bagai siang dan malam
lemas tubuh menambah pedih
sampai berapa lama lagi
bersama sang putri yang di sini
berjumpa putri yang di sana
sebelum pergi jauh sekali…
menggedor pintu maaf
tobat tak terkirakan
atas seluruh kekurangan
mulut berdesis sulit berhenti
sampai berapa lama lagi…
sampai berapa lama lagi…
maut mencari
atau muzizat Tuhan yang diberi
menikmati dunia sekali lagi….