pak kolonel yang sekarang jenderal itu
rongga tubuhnya terbuka
mulutnya menganga
congkaknya melambung
kakinya tegap berpijak
pada dasar bumi yang terinjak
gemas..
galak..
gagah..
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
masih belum jera
lolos dari satu lubang jarum
masuk lagi ke lubang yang lain
lalu lolos lagi
hingga ia tertawa lebar
congkak kembali menggema….
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
menganggap dosanya terselesaikan
lewat angin menderu-deru dan terhisap mata air gunung
hingga meresap jauh ke ujung pulau
tak terungkap..
tak terbuka lebar…
karena uang sungguh sangat berkuasa
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
hobinya main listrik
setrum sana…
setrum sini…
membuat orang mengkerut
dari raksasa hingga cebol
dari liliput hingga buto cakil
semua menggigil…
lantara ada manusia ganas bagai moyangnya srigala…
sumringah senyum kemenangan
sembari jilat kiri kanan
kini tiba saatnya..
dendam kesumat cerita lama..
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
leluasa menghina,
mengangkat fitnah keji terbang ke awan
dengan satu pengharapan…
si lawan mampus tiada berbekas
berkeping penuh busa darah merah
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
lupa masih ada kekuasaan super yang menggema…
yang berhak membuka tabir kekejian
siapa yang bunuh
siapa yang menyiksa…
siapa pula yang doyan main gila..
eh, maksudnya main gula-gula…
pak kolonel yang sekarang jenderal itu
belum ingin menabung…
di hari tuanya..
bukan tabungan harta…
namun serangkum kebaikan
untuk dibawa ke puri indah tiada nestapa
padahal usiaya berdetik tambah
hartanyapun bertambah
mana tabungan akhiratmu pak kolonel yang sekarang jenderal itu
maka tutuplah mulut
sebelum menjadi penyok