Film produksi Malaysia ini, GUNUNG EMAS ALMAYER, melibatkan tiga pemain Indonesia ; El Manik, Alex Komang, dan Rahayu Saraswati (Sara) di antara beberapa bintang film Malaysia terkenal lainnya. Sutradara film ini adalah U-Wei Hj Saari, orang Malaysia asal Minang. Ia adalah sutradara yang dikenal dengan hasil karya film-filmnya yang bermutu. Cerita film ini diangkat dari novel “Almayer’s Folly” karya Joseph Conrad, seorang penulis yang pada abad ke 19 menjelajahi wilayah Malaka .
Seorang pedagang senjata yang juga seorang ahli arkeologi, Kaspar Almayer dari Belanda (diperankan oleh Peter O’Brien) sangat berambisi meraih gunung emas yang dicita-citakannya . Bertahun-tahun ia bermimpi dan berupaya terus menyelidiki gunung idamannya, hingga mengorbankan anaknya, Nina. Pada usia 10 tahun Nina sudah ‘dibuang’ ke Singapura, agar konsentrasi istrinya, perempuan lokal Melayu, Mem, hanya terpusat pada dirinya yang sibuk berupaya untuk menemukan yang dicita-citakan : gunung emas. Selain anak kandungnya sendiri yang dianggap sebagai penghalang konsentrasinya, Kaspar Almayer menghadapi tantangan protes dari penduduk setempat. Ketua suku adat (diperankan oleh El Manik) menentang keras. Pedagang Arab Abdullah (dimainkan oleh Alex Komang) juga tak sudi Almayer melanjutkan upaya menemukan gunung idaman itu.
Taminah, dimainkan oleh Sara sebagai budak yang mengetahui banyak hal yang terjadi di kampung pelosok Melayu. Ia berada dalam suasana urusan rumah tangga Almayer yang kacau, juga tentang Nina(Diana Danielle) yang kembali setelah remaja dan jatuh hati pada Dain(Adi Putra) pedagang pendatang yang berasal dari Arab.
Mem (Sofia Jane) , ibu Nina yang hampir setengah gila sudah berkarat dendamnya pada sang suami, disaksikan oleh Taminah dalam kesehariannya. Sang ibu yang sudah frustrasi dalam hidupnya akhirnya membiarkan anaknya lari bersama Dain, yang sejak awal menjanjikan gunung emas itu akan ia temukan untuk Almayer.
Film indah berpenampilan atmosfir abad 19 ini memang menarik. Sepanjang cerita bernuansa hutan, desa yang dikelilingi sungai, latar material kuno yang klasik, serta gambaran kehidupan masa lalu. Tampilan gemerlap tak ditemui dalam film ini. Unik, dramatik dan hanyut dalam adegan.
Ada ambisi tak berkesudahan yang menghancurkan hubungan baik antar manusia. Ada pengharapan kosong menggebu-gebu yang menciptakan permusuhan, serta ketidaknyamanan hidup karena segalanya dijalankan secara asosial. Suatu petikan hidup yang bisa dibawa pulang, selepas mengakhiri tontonan film GUNUNG EMAS ALMAYER yang akan berada di layar lebar mulai awal November 2014 ini. Di Indonesia, bahkan di Amerika dan Kanada. Film yang lain dari yang lain……
foto : istimewa