Buku Kumpulan Puisi Linda Djalil Diluncurkan

Puisi memjadi pilihan Linda Djalil mengungkapkan gelisahannya terhadap peristiwa yang dilihat, dirasakan, dan dialami. Buku kumpulan puisi Linda bertajuk “Berita dalam Puisi” diluncurkan di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Selasa (04) 11).

Hadir dalan acara tersebut penyair Taufik Ismail, Eka Budianta, Diki Lukman Hakim kepala perpustakaan jakarta, Inda C Noerhadi, Alida Rosita, Dewi Motik, dan Pemred indonews.id Asri Hadi kawan satu kampus di Universitas Indonesia. 

Acara diisi dengan testimoni dan pembacaan puisi karya Linda Djalil oleh para sahabat, Taufik Ismail dan juga cucunya. Mereka memilih sendiri puisi karyanya yang ada di buku tersebut. Penyair ternama nasional memilih puisi tentang penjual gudeg di Yogyakarta, karena hal itu mengingatkan Taufik Ismail saat menjadi mahasiswa di kota tersebut. Pembacaan puisi bergantian, yang dibacakan 4 penyair termasuk Taufik Ismail. 

Sementara Dewi Motik mengungkapkan siapa Linda Djalil sejak menjadi wartawan istana selama 9 tahun. Menurutnya, Linda adalah anak kecil karena ia merupakan teman dari adiknya yang paling kecil. Diakui bahwa Linda adalah anak kecil yang pintar, meski dahulu Dewi Motik tak pernah mengatakan itu bila bertemu di istana, baru di peluncuran buku kumpulan puisi Linda Djalil, Dewi mengatakannya. 

Selain pintar, menurutnya, Linda adalah sosok yang bisa dipercaya dan amanah, bila dirinya pulang kunjungan ke daerah selalu dibekali oleh-oleh, tak ingin repot dengan barang tersebut Dewi selalu meminta Linda membawa buah tangan itu dan dibagikan ke sesama wartawan yang ada di istana. 

“Dia ini wartawan yang cerdas, mana yang harus diberitakan dan mana yang tidak. Maka dia bisa masuk kemana pun karena bisa memilah mana yang disiarkan, mana yang tidak, dan mana yang disimpan”, ungkap Dewi Motik melihat Linda Djalil dari sisi kejelian dan naluri wartawan. 

Sedangkan Hendri CH Bangun mengatakan, Linda adalah teman kuliah di Sastra UI, dan dia adalah mahasiswa paling cantik di angkatan 77. Sempat menjadi gadis sampul di majalah, tapi paras cantiknya malah membuat Linda ‘dikerjai’ seniornya saat mapram (plonco saat memulai kuliah). 

Saat kerja keduanya menjadi wartawan, Hendri di Harian Kompas sedangkan Linda di majalah Tempo. Mereka jarang bertemu tapi komunikasi lewat ponsel sering mereka lakukan, bahkan membahas peristiwa atau permasalahan bangsa mereka diskusikan lewat ponsel. Maka ketika melihat puisi-puisi Linda, dirinya paham. 

Linda Djalil mengatakan, kumpulan puisinya lugas dan tidak bermajas-majas atau bermetafora yang ‘jlimet’, ibarat kita membaca cerpen mengalir begitu saja. Isinya pun berbagai macam, ada berita, kasih sayang, kekecewaan, korupsi, dan lainnya. 

Adapun alasan Linda menuangkan segala peristiwa dalam bentuk puisi, karena ia terbiasa membuat puisi. Sejak duduk di kelas 3 SD dirinya sudah membuat puisi dan masih terus ia lakukan hingga saat ini. 

Dikatakan, puisi yang ia tulis terinspirasi dari berita-berita, lalu ia gubah menjadi puisi. Linda memang dikenal sebagai wartawan dan pernah ditempatkan di istana selama 9 tahun, naluri wartawannya yang membuat ia berkarya, membuat sekitar 60 puisi dan dibukukan dengan judul “Berita dalam Puisi”.

“Menuangkan perasaan bisa apa saja, bisa cerpen, novel atau apa. Tapi menurut saya yang apling singkat, paling cepat ya puisi’, ujarnya. 

Sebagian dari hasil penjualan buku kumpulan puisinya akan disumbangkan ke anak-anak tak mampu, seperti hasil penjualan buku pertamanya sebagian didonasikan ke mahasiswa asal yang orangtuanya kesulitan membiaya kuliahnya. Untuk itu ia berharap, dengan buku kedua ini, bisa lebih banyak lagi membantu orang lain.

SUMBER : https://indonews.id/artikel/347631/Buku-Kumpulan-Puisi-Linda-Djalil-Diluncurkan/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *