lauk di depan mata
masih sama
mewahnya
lezatnya
mahalnya..
namun leher tercekat
tatkala mengalir butiran lauk ke sana
sembari air mata tersembul
menuju udara…
lewat bulu mata yang tak palsu lagi..
meluncur ke pinggir bibir yang tak bergincu lagi…
lauk ini selazimnya
berada di piring bunga-bunga
buatan Italia ataupun Cina..
beralasan taplak meja sutra
di bawah lampu kristal gemerlap menyala
mereka memandang penganan berkejap-kejap
tertata rapi dalam tumpukan rantang
bagai piknik di udara terbuka
bercengkerama bersama sanak keluarga
mereka menatap tembok
dengan hati yang gondok
kata hati tak pernah bisa menerima
nestapa yang dilempar ke tengah muka
makanan di dalam rantang
tak seharusnya mereka hadapi
andai hidup di alam bebas
kaki melangkah merdeka ke mana-mana…
ciutnya hati tersapu gemericik sisa hujan
hatipun tetap bertanya-tanya
sampai kapan kiriman rantang
harus dinikmati sehari-hari…?
mahalnya harga sebuah kebebasan…
sangat mahal ya bung..! semoga kita semua bisa menjaga kebebasan yang dihadiahkan Tuhan sebaik dan sejujur mungkin sehingga tidak kebablasan…