Si Pelawak itu….

dunia sumringah

tatkala kocek menggelembung

tapak kaki menginjak rumah mewah

menggenjot pedal mobil keren

penganan super istimewa lezatnya

serta tepukan meriah tiap saat…

 

nasib memang tak ditentukan makhluk lain

Yang Kuasa memberi ketetapanNya…

manusia bersahaja itu

digempur talenta luar biasa..

dari kekocakkan

dari lawak..

gurauan seru membuat gelak tawa

seiring uang menghambur ke arah muka

dengan megahnya..

 

si pelawak tak berpunya itu

kini  hidup nikmat mewah berlaga

membuat segalanya lupa

mulut bertutur seenaknya

gurauan yang dikira lucu..

berada di ujung jurang

untuk menyilet hati orang

menjadi perih berang..

 

si pelawak tak jera

matang di karbit

tak kuat derajat

ia meneruskan lawakan nyinyirnya

tanpa dasar edukasi

mencerminkan muasalnya dulu

bibit bebet bobot

entah dari mana…

semua terasa dari gurauan busuknya…

karena dikira dunia hanya dia yang punya

penonton menurut saja apa maunya….

 

si pelawak itu..

lagi-lagi tak kuat derajat

matang di karbit…

bertabur takabur..

tanpa sesal

atau  senantiasa pura-pura menyesal

esoknya mengulang kejahatan kata yang sama

bukankah itu pelawak namanya

namun penjahat berkedok gelak tawa…..

tanpa punya rasa malu

masih layakkah ditonton selamanya…?

 

But we redirected here need to answer a write essay question do we want students to have a deep or shallow connection to the information we’re giving them.

One comment

  1. Good point mbak Lin. Kita berharap memang Olga S, juga entertainer lain untuk tidak meninggalkan aspek penting pendidikan masyarakat. Melawak tanpa mencederai aspek lain. Ini fenomena “entertainer karbit” (istilah mbak Lin), perlu ekstra perhatian.

Comments are closed.