November 2013 – Catatan Linda Djalil

Rizal Ramli Soal Century : ‘Anak Buah Jadi Tersangka, Boediono Tidak Kasihan? Tidak Kesatria?’

Rizal Ramli tak pernah bekerja dalam senyap. Riuh rendahnya dalam mengungkap ketidakbenaran di negeri ini yang ia rasakan tak pada

ada toko bedak namanya budi mulia ada toko beras namanya hemat mulia ada toko emas namanya selalu mulia ada toko

Ini si Minah , si Minah duduk, ia makan nasi Minah sakit selesma— Itu si Budi, si Budi duduk, ia

mengapa tidak.. tak ada molekul terlewatkan semua bernafas karena punya jiwa semua tertawa karena punya rasa semua mengalirkan air mata

ada dua diplomat besar dari negeri besar yang punya hidung mancung besar dan duit yang besar-besar sepatutnya mereka kuusir karena

aku manusia hebat perkasa sepuluh tahun bisa berbuat apa saja hitam menjadi merah putih belepotan darah yang benderang kujadikan gelap

Hari ini Ulang Tahun Jakarta. Sembari sarapan, pikiran saya melayang jauh. Apa saja ya yang saya ingat tentang kota ini

Mohon maaf pak Presiden. Saya tidak punya selera lagi melihat TV bila Anda tampil, apalagi sembari berbicara ini-itu…. , yang

Pahlawan bagiku adalah kejujuran dalam kata jujur dalam rasa Pahlawan bagiku adalah keindahan indah dalam sikap indah dalam bukti Pahlawan

Srintil mengaduk gumpalan sirsak di gelas. Ada empat potong es batu gede-gede, ada gula cair tiga tetes. Lalu ia menyeruput