Balai Sarbini

gedung bulat

dulu tempatku menari

tatkala masih bernama lain..

menjadi nenek sihir putri salju

meloncat sana sini

menggenggam apel merah beracun

lalu aktingku  semakin penuh gelora…

tepuk tangan riuh di akhir cerita…

ah… indahnya masa SMA.

 

gedung bulat..

berubah busana

kian megah

sejuk  di tempat yang masih bulat

penuh pesona..

meliuk suara biola

denting piano melayang perkasa

indahnya  harpa petikan cinta…

musik penghalus budi nan mulia…

penonton pulang membawa senyum

sehabis menikmati tontonan penuh kasih..

 

gedung bulat itu..

kemarin penuh was-was

para penonton berhati panas

pemanggungan tak juga sedap

lantaran urusan kursi diperebutkan

permainan kata meloncat ke segala arah..

dusta..

kebenaran…

janji palsu…

janji kebenaran

lirih bercampur tak tersentuh hati

sebab urusan nyinyir terungkap jelas

bagai pisau membelah batok kepala

berdarah-darah..

bagai tak ingat saat ia kuasa

tak secuilpun bergerak menyentuh  perkara

 

penonton pun pulang tanpa senyum tulus

sebab yang tertawa karena dendam

semua merasa dirinya perkasa..

lagi-lagi karena merasa bertubuh dahsyat

bermulut madu  semburan puja memuja

untuk urusan cari muka

semakin gede kepala..

semakin penuh kobaran api menyala..

ambisi  berlari seluas-luasnya

 

gedung bulat itu

tertulis namanya Balai Sarbini

akankah esok tiada musik mengalun lagi…

tiada ketenangan  jiwa dan saling kasih…

semua  hanyalah  tusukan kata-kata

penuh  hina nestapa

yang mengganti seluruh nada….