Silakan Masuk ke Rumah Sakit Jiwa Cilendek Bogor

udara mengalir

angin semilir

bersih

pepohonan tua

rindang di sana sini

burung menari di rerumputan

bunga cempaka bergeser pelan

dari dahan yang kokoh

 

tempat yang asri

menyimpan misteri

seratus tiga puluh tahun umur tempat ini

menampung banyak orang tak waras berdiri

apalagi berpikir normal tak ke kanan kiri

 

mereka kadang termangu

tertawa nestapa

menjalankan  sisa hidup dalam damai

kadang dalam was-was jelaga

nalar tak terjaga

 

di luar sana

tempat penampungan rumah sakit jiwa

masih banyak orang waras

namun tak menjadi waras

putih dibilang hitam

maling disebut pahlawan

lalu apa kata mereka

para penghuni rumah sakit jiwa

datanglah ke sini..

ke Cilendek  Bogor..

bergabunglah dengan kami…

meski kami bukan kesatria

bukan pula orang kaya

menggaruk uang rakyat dengan ganasnya

namun kami masih bisa tertawa…

tak diejek sebagai manusia durjana

kami juga tak pernah menginjak ruang sidang

untuk dikorek  aib hidup semua

lalu kami sengaja berdusta…

 

rumah sakit jiwa Cilendek Bogor..

pintunya lebar terbuka

bahkan rasanya ingin sekali menukar  mereka

para penghuni lama

dengan makhluk normal pendidikan sarjana

namun gemar  kepada rakyat mendusta

tak lagi tahu baik buruknya noda

 

silakan masuk ke rumah sakit jiwa Cilendek Bogor..

penghuni bila kumat tak lagi berbahaya

dulu ada yang membuka busana

telanjang tiba-tiba…

namun apa bedanya

dengan manusia normal  yang menuju penjara

mereka bertelanjang tak ingat malu membahana

melepas tanggungjawab tiada  berharga

dari  pandirnya semua tutur kata..

telanjang mereka

lebih memalukan dari pasien rumah sakit jiwa…

maka..

bergantianlah kalian…

penghuni lama terjun ke masyarakat

pengayom rakyat masuk ke Cilendek

merasakan duduk termangu-mangu

menghitung suara jangkrik di malam hari

menghitung butir hujan kota Bogor nan sejuk..

berlama-lama….

sebagai pasien rumah sakit jiwa

yang jauh lebih gila

dibanding pasien lama……

One comment

  1. Orang di RSJ Bogor bilang, “Ini dadaku, mana punyamu….”. Kekuatan pesan mbak Linda Djalil….

Comments are closed.