Beberapa bulan lalu, tante Mien Darpo bertanya lewat telefon, ” Di mana bisa saya temukan bukumu” Celotehan Linda?” Kok di toko buku Gramedia Matraman sudah habis? Banyak orang bilang buku itu menarik sekali” …. Lalu ibu saya mengirimkannya untuk tante Mien. Juga Halida Hatta sibuk mencarikan buku itu untuk dikirim ke kediamannya jalan Pegangsaan Barat.
Mien Soedarpo yang indah…./ foto repro A’o Dardjanto
Minarsih Wiranatakusumah , lahir 25 Januari 1924 di Bandung. Gadis cantik ini adalah anak seorang bupati Cianjur Jawa Barat dan seorang ibu yang tangguh dalam berorganisasi. Saat ingin menikah dengan Soedarpo, banyak kendala yang harus ia hadapi. Izin kepada kerabat terdekat harus dilalui. Setelah itu, pasangan serasi ini mengarungi bahtera dengan bahagia, lengkap dengan tiga putri yang membanggakan.
Perusahaan pelayaran Samudra yang dipimpin oleh Soedarpo menapak maju menempati khazanah perbisnisan Indonesia. Soedarpo sendiri, adalah salah satu tokoh pergerakan bangsa yang kerapkali berkumpul , berteman dengan Sudjatmoko, Kemal Idris, Mt Haryono, Rustam Munaf bapak dari Fariz RM, yang seringkali dihadiri oleh ayah saya, Juliar (Uli) Djalil sebagai salah satu sahabat dekatnya. Selama itu, Mien Soedarpo selalu mendampingi sang suami dalam meniti kesuksesan, sementara kegiatan sosial dari hari ke hari juga tak lepas dalam hidupnya. Ia pernah pula menjadi ketua WIC (Women’s International Club) tahun 1978 -1980, lalu kembali dipilih pada tahun 1988-1990.
Sanggul yang apik, busana yang serasi, tutur kata yang terukur dan santun, deretan gelang emas di tangan kanannya, adalah ciri khas Mien Soedarpo. Ia pengumpul barang antik dan cinta pada seni budaya Indonesia. Menonton konser klasik adalah salah satu hobinya juga. Seringkali saya berjumpa dengannya sedang berbelanja atau minta dibuatkan bingkai lukisan di toko Banowati, sebuah galeri kuno di jalan Semarang Jakarta Pusat. Saat puluhan tahun lalu, bila lebaran tiba, Mien Soedarpo tak lupa mendandani ketiga dara remajanya yang jelita, Shanty, Wita dan Aya berkebaya. Tiga dara lain yang masih balita adalah dari kedua orang tua saya – juga mengenakan busana kembar tetapi bukan kain kebaya. Lalu kami bersama-sama menikmati hidangan lebaran di rumah Pasar Rumput eyang Mukiman, sebagai besan Mister Besar jalan Haji Agus Salim yang terkenal itu . Pertemanan antara keluarga MT Haryono, keluarga Wibowo pengusaha terkenal zaman itu dan anak-anak Mister Besar terjalin kuat dengan keluarga Soedarpo. Oleh sebab itu tak pernah absen mereka berkumpul di ‘keluarga Pasar Rumput’, terutama di hari Lebaran. Mien Soedarpo yang cantik itu sampai puluhan tahun kedepanpun masih menjaga silaurahmi kekerabatan dengan beberapa keluarga besar itu.
Mien Soedarpo kini telah pergi…. meninggalkan jejak memori yang indah bagi Indonesia. Terutama bagi kaum perempuan yang memang mengenalnya……, mengaguminya, dan mencontoh segala yang serba baik darinya…..
Tentunya InsyaAllah Sang Khalik memberikan tempat yang teduh baginya…. aamiin..aamiin …
Kepada semua blogger kat luar… contohilah post nie…
walaupun simple.. tapi berisi…
Kami di kolej ada buat perbincangan mengenai hal nie baru2 nie…
sayangnya saya baca tulisan awak nie agak lewat…
kalau tak saya dah masukkan idea awak dalam presentation kami..
tahniah atas post yg menarik nie..
Turut Berduka-cita sedalam-dalamnya. Semoga diterima di sisi-NYA.
Turut berduka… Pendamping pendiri Group Soedarpo Corporation ya mbak Linda?
mbak linda mbak mien yg mana ya?
saya suka lupa nama belakang…
ada photonya ngak ya? tolong di posting juga biar kita2 tau bu mien yg mana?
trims
salam