Isi Tas Pembantu yang Mudik Lebaran

Kebahagiaan bagi mereka, yang bekerja siang malam, berbulan-bulan di Ibukota, adalah mudik pulang kampung. Berjejal-jejal di jalanan, di dalam kereta api maupun bus, tak jadi masalah. Keringat mengucur adalah perjuangan total untuk kembali berada di tengah sanak keluarga di rumah. Yang penting, pulang, pulang dan pulang !

Kemarin pembantuku yang laki-laki pulang. Beberapa hari sebelumnya ia sudah sibuk mengatur ransel hitamnya. Barang-barang disusun, dibongkar lagi, disusun lagi, dibongkar lagi. Tiap hari isi bertambah karena barang belanjaan oleh-olehnya pun bertambah. Sudah beberapa tahun ia sempat membantu saya. Mengurus kebun, memasang lampu jebol, membersihkan pantat panci di dapur sampai mondar-mandir mengantar dagangan makanan saya kepada para pemesan. Rid namanya. Asal Lampung, pernah nikah sekali, cerai, kembali lagi ke rumah saya.

Rid mendapat gaji lumayan ‘sangat’ dari saya, ketimbang gaji tetangga-tetangga di sebelah rumah. Minumnya tiap pagi kopi susu jahe Sido Muncul atau capucinno majikannya dihajar juga. Merokok tiada henti, dan percuma saja saya tegur ribuan kali, tak ada hasilnya.

Ketika ia kemarin pamit, kemeja ‘Jokowi’ kotak-kotak sudah melekat di tubuhnya. Celana jeans baru, dan rambut tertata rapi. Lho? Kok rambutmu kaku begitu Rid? tanyaku. Dia tertawa lebar. Menurutnya, angin di atas motor akan membuat rambut berantakan meski sudah memakai helm. Maka dikeluarkannyalah sesuatu dari dalam ranselnya, yang katanya, inilah yang membuat rambut menjadi kaku sempurna….hairspray Barbara !

Lalu ia bongkar lagi tasnya. Isinya memang seru. Ini baju buat ibu di rumah, ada sejadah baru juga. Bapak dapat kemeja tiga potong, adik-adik dapat blus kaos, sepatu, nenek kakek dapat sejadah juga. Tas keren dari ibu untuk ibu juga nantinya, karena saya belum punya pacar lagi. Celana-celana panjang ini baru saya jahitkan, seratus tiga puluh ribu rupiah sepotong sudah dengan bahannya. Celana dalam juga baru semua. Kaos kaki beli di emperan pasar……. itulah ocehan Rid yang saya simak sambil ia membuka satu persatu harta bendanya untuk mudik.

Lha yang sebelah sana kok blendung-blendung, apa to’ Rid? – tanya saya. Ia tergelak. Maka dikeluarkanlah lagi harta yang lain. Ada supermi, gula pasir sekantong, terigu dan sirop jeruk berwarna jreng. Lha? Berat-berat begini kok mau dibawa? Lalu katanya, kan ini pemberian buuuuuuu… harus dihargai. Harus dibawa mudik juga.
Ternyata barang-barang itu ia peroleh dari tetangga saya, yang memang tiap tahun membagi-bagikan hadiah kepada para pembantu lain. Ini memang sudah kami lakukan beberapa tahun terakhir. Pembantu sebelah juga kebagian sejadah keren dari saya. Satpam di ujung jalan demikian pula. Everybody happy laaa..!

Berbagai hadiah yang saya berikan baginya, termasuk air zamzam untuk ibunya, adalah barang terakhir yang ia masukkan ke dalam ‘gembolannya’. Uang juta-jutaan sudah ia pisahkan di beberapa amplop untuk menjaga kemungkinan terburuk.

Rid kembali menutup ransel hitamnya dengan sumringah. Haru biru menjalar ke seluruh tubuh saya. Betapa orang kampung begitu menghargai kedua orang tuanya. Gaji disisihkan untuk oleh-oleh ayah bundanya dan sanak keluarga. Dalam kenyataannya, masih ada ‘orang kota’ yang tidak secuilpun berminat memberikan apapun bagi orang tuanya menjelang lebaran. Kue sekaleng pelengkap hari raya, atau kain sepotong. Semua terabaikan. Kikir, atau memang tidak terpikirkan bahwa apa pun sesederhana apa pun pemberian seorang anak, tentu di mata sang orang tua amat sungguh bermakna. Apalagi untuk menyambut lebaran. Kembali saya pandang raut wajah Rid. Matanya berbinar sambil meraba tas ranselnya dengan penuh bahagia dan bangga. Inilah hasil dari menguras tenaga di Jakarta. Isi tas pembantu yang mudik lebaran adalah cerminan ketulusan. Cerminan cinta kasih dan prestasi yang dicapai. Hasil dari bekerja tanpa harus menjadi seorang pencuri. Saya bayangkan dia di jalan penuh dengan semangat sumringah dan rasa merdeka. Berbahagialah orang-orang yang berlebaran secara merdeka…. meski dengan harta seada-adanya sekalipun, namun jauh dari kehidupan nista belenggu penjara…..

Thankfully like mms and tethering, some clever folks have figured out a simple way to enable this minor but www.celltrackingapps.com/ nice feature for iphone 3g and iphone 2g users.

3 comments

  1. ya mbak linda….orang kota banyak yang mengkritik habis2an pemudik. mereka tidak sadar bahwa sebenarnya nilai kemanusiaan mereka sendiri yang sedang terkikis…

  2. perhatian kepada seorang yg senantiasa mendampingi dan membantu Anda, adalah perhatian akan kemuliaan diri Anda. great, mbak Lin.

Comments are closed.