Serangan Fajar Anggota DPR di Luar Negeri

kalian datang

ke negeri orang

petentengan

dengan sejuta alasan

untuk maha pentingnya suatu pekerjaan

 

kalian bagai raja diraja

pagi-pagi ke wisma duta..

ternyata kalian lapar dan dahaga

semua  perwakilan harus siap sedia

bagai perang yang selalu siaga

 

kalian datang tanpa permisi

tak sedikit pun ada konfirmasi

tingkah tengik bau terasi

kalian serampangan menyuruh sana sini

 

semua menjadi pontang panting

apa mau di kata kalian orang penting

sedia teh kopi air dari teko gemerincing

memberi pelayanan sebaik mungkin

 

pagi buta di mana dapat  kue cemilan

untuk kalian yang datang tanpa janjian

bim salabim  akhirnya disulap menjadi sajian

pengananan kue pengganjal perut silakan makan

 

namun apa yang kalian katakan

sombong bagai seorang juragan

yang berkata bagai kepada jongos gajian

apa sehari-hari kue hanya beginian?

semua manis mana yang rasa asin-asinan

 

lalu salah satu kalian berkata

dengan gaya majikan gila

saya sih mau yang gampang-gampang saja

coba bikin telor ceplok pakai mentega

irisan bawang di dalamnya

nasi hangat sepiring  jangan lupa

 

Semua yang melayani muak terpana

kalian memang tak punya etika

tak tahu malu tak ingat kaki berpijak di mana

memerintah bagai  orang hebat sedunia

datang ke negeri orang bukankah bayar pakai uang negara?

 

kwitansi belanjaan bertebaran

membuang sampah di dalam ruangan

seakan ingin pamer ini lho bon pembelian

jas baru seharga uang gaji bulanan kalian

kami anggota DPR punya kocek  berlebih-lebihan

 

serangan fajar anggota DPR yang memuakkan

terjadi pagi-pagi  di  wisma perwakilan

semua tanpa janjian

menyuruh sana sini tak tahu aturan

membuat  mereka dendam terpendam secara kontan

semua yang bekerja di berbagai kedutaan…

acapkali melihat kalian datang hanya untuk plesiran

sungguh pemandangan yang memuakkan…

dan menyakitkan !

 

*** puisi ini saya dedikasikan untuk seluruh teman saya yang sedang menjadi duta besar, wakil duta besar, konsul jeneral, kepala bagian politik/ekonomi maupun bagian sandi, juga para staf lokal,  KBTU (kepala bagian tata usaha) , kepala rumah tangga,  koki, sopir yang semuanya orang INDONESIA  yg sedang bertugas di berbagai perwakilan  menyebar ke pelosok dunia di luar Indonesia ***

10 comments

  1. Memang amat sedikit anggota DPR RI sekarang yang bersikap spt pak Anwar yg saya kenal sbg pribadi yg ‘low profile’ namun sarat keilmuan. Harapan saya smg sistim demokrasi tidak malah menggilas pribadi2 spt beliau ini.
    Mbak Linda, tolong bikin donk puisi mengenai pejabat2 yg masuk kandang KPK..hehehe
    Bravo!

  2. Saya pernah satu pesawat dengan rombongan anggota DPR dari salah satu negara Eropa. Untung bukan pakai Garuda, kalau pakai Garuda, mungkin saja mereka akan minta “kebijaksanaan” juga atas nama rakyat. Mereka kebanyakan belanja sampai biaya overweightnya mencapai beberapa ribu Euro. Mereka ribut karena orang KBRI yang mengantar sudah keluar airport sehingga harus bayar sendiri. Ha ha ha.

  3. Pak Anwar yg baik, menurut saya yang salah adalah perekrutan calon di parpolnya bukan sistem suaranya. Jika semua calon yg dimiliki parpol dan dipaparkan ke masyarakat untuk dipilih mempunyai kredibilitas, akuntabilitas dan mental budaya yang baik maka outputnya juga baik. Selama ini inputnya sampah masuk ke sistem keluarnya ya tetap sampah.

  4. Assalamu’alaikum wr wb,
    Sahabat facebook yang tercinta, khususnya adinda Linda Djalil yang dengan cermat telah menulis puisi berjudul “Serangan Fajar Anggota DPR di Luar Negeri”, terus terang saya sangat prihatin dengan “perilaku” sebagian anggota DPR yang digambarkan oleh puisi tadi, tapi yakinlah tidak semua anggota DPR ber~perilaku seperti itu. Analisis saya secara sederhana, memang ada yang salah dalam perekrutan anggota Partai, khususnya calon anggota legislatif, dengan diberlakukan~nya “sistem suara terbanyak” hasil Keputusan MK, dan di~amini oleh sebagian masyarakat sebagai suatu sistem demokrasi yang paling baik, padahal hanya “mencontoh” sistem demokrasi negara2 yang sudah maju, yang nota~bene memiliki pendidikan, pengetahuan, dan status sosial, yang relatif homogin. Saya ingin komentar lebih banyak, tapi forum ini sangat terbatas, insya Allah jika BMMS ini ada pertemuan, saya ingin memberi masukan yang agak komphrehensif tentang tugas2 anggota DPR yang benar. Salam saya untuk sahabat2 sekalian … Wassalamu’alaikum wr wb, (Data Singkat saya, Lahir di Indramayu, 11091953, Pengalaman Kerja : BRI, Trikora Lloyd, Gesuri Lloyd, Dosen, Pengalaman di Partai Politik 30th, dari jenjang paling bawah s/d Ketua DPP, dan saat ini masih sebagai Wakil Ketua Dewan Pakar, 1997~1999 Anggota DPR~RI (Komisi IV dan IX), 2000~2004 (KPKPN = Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, cikal bakal KPK), 2004~2009 (Wakil Ketua Komisi VI DPR~RI), 2009~2013 (Rektor salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta, Pengalaman Luar Negeri dari Asia, Afrika, Australia, Eropah, dan Amerika (5 benua), tapi 1979~1980, sudah tugas di negara2 Eropah Barat, atas biaya Perusahaan, selebihnya ketika menjadi Pejabat Negara, kurang lebih 12 tahun, baik di DPR, maupun di KPKPN, sudah ber~haji 3X (1994, 2004, dan 2009, semuanya biaya pribadi, bukan beban negara, atau Kementrian)

    1. Bagaimana agar nilai moral yang dianut pak Anwar dimiliki juga oleh sebagian besar anggota DPR? Kalau tidak bisa oleh semuanya?
      Saya baru mengunjungi Kyoto dan di sana pergi ke sana-kemari seperti layaknya orang lokal. Maka saya menjadi heran, kenapa sebegitu banyaknya petinggi negara yang jalan ke Jepang, rasanya belum timbul kesadaran pada mereka bahwa harta rakyat perlu dialokasikan untuk menciptakan suatu mass rapid transport, untuk mengatasi berbagai masalah seperti kemacetan, banyak kecelakaan lalu-lintas pada saat libur panjang (contoh selama Idul Fitri), pemborosan BBM dan subsidi untuk BBM, polusi udara yang makin hebat, dsb dsb. Ternyata banyak yang perilakunya seperti yang dilukiskan oleh adinda Linda Djalil, sehingga pengalaman ke luar negeri tidak memberikan sesuatu yang berharga bagi rakyat.

      1. @Dewi K. Utama ; Benar, saya sendiri seringkali mengalami hal yang pahit dan memalukan dari orang-orang ini….. betul-betul saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Dan itu bukan hanya sesekali, tetapi memang sering ! Salam,

  5. Kalo jas seharga gaji, berarti hmmm…. itu kalimat yang kuat dan keras, kalo punya nurani. Sebagian rakyat kerja setahun, belum tentu gajinya setengah bulan gaji Anggota Dewan… artinya lagi, bekerja dua tahun, rakyat baru memimpikan jas anggota Dewan, dengan asumsi tidak membeli hal lain….

    1. @Berthy : Kadang ungkapan muncul begitu saja terlintas di kepala. Dari hasil pengendapan, gemas, pedih, amarah, dan terkesima atas kekejaman pihak tertentu…
      Terima kasih ya sudah mampir. Maaf terlambat membalas.

Comments are closed.