Telefon genggamku berbunyi. Pesan singkat masuk. Selamat berpuasa, maaf lahir batin, itulah isinya. Banyak SMS serupa itu namun dari si pengirimnya kali ini, saya tercenung. Pak Hasim ! Duh, untunglah ia mengirimkan SMS karena sudah beberapa bulan ini nomor telefonnya menghilang dari catatan saya.
Hasim adalah sopir taksi di Palembang. Tamatan SMP, ia menarik taksi ‘gelap’ jam-jaman milik kawannya sejak tahun ’80 an. Mangkalnya di seputar Hotel Sanjaya, salah satu hotel yang paling ‘mending’ di Palembang sebelum muncul hotel-hotel baru – yang bersebelahan dengan kantor cabang Garuda Indonesia. Saya berkenalan dengannya pada saat sering ke Palembang di tahun-tahun itu. Ibu saya juga saya sarankan memakai taksi Hasim saja bila ia bertugas kerja di kota mpek-mpek itu.
Hasim sangat santun. Tubuhnya kurus semampai, berkulit legam. Raut wajahnya begitu jernih. Logat kental Palembang sungguh terasa bila ia bercakap-cakap. Ia adalah pemandu wisata yang baik sebagai sopir taksi Palembang. Saya diantar ke kerajinan Palembang yang termurah, tempat pembuatan tenun Palembang yang bukan harga toko, sampai tempat makan tekwan dan mpek-mpek yang paling sedap sekalipun. Dia juga mengantar saya ke pinggir-pinggir sawah yang masih asri, dan pusat kesenian.
Karena mangkal sesekali juga di halaman kantor Garuda, lama kelamaan para staf di sana cukup kenal baik dengannya. Yang lucu, kalau saya membawa barang kelewat banyak, Hasim selalu siap menolong dan berkata kepada petugas Garuda di Bandara, “Kelebihannya tidak banyak, tolonglah… tak usah bayar lebih untuk berat kopornya.”. Maka kopor saya pun lolos.. hihihihiii.. !!
Saat taksi meteran dengan argo bermunculan di Palembang, Hasim tersingkir. Lalu ia menjadi sopir untuk Garuda mulai tahun 1995. Baru beberapa tahun ini ia pensiun setelah usia mencapai 63 tahun. Terakhir ia membawa langsung berbagai General Manager Garuda yang tiap sekian tahun sekali berganti. Kini Hasim disewa-sewa kerabat atau kenalannya untuk antar jemput macam-macam orang. “Juga sekarang saya antar jemput cucu, keponakan, untuk ke sekolah,” ujarnya riang, setelah saya baru saja menghubunginya untuk mengobrol sana-sini. Cucunya 13 dari enam anaknya ( empat laki-laki , dua perempuan). Hasim yang soleh dan selalu saja mengingatkan saya untuk selalu sholat, berzikir dan mensyukuri nikmat Allah, kini berbahagia melihat ke6 anaknya tamat sekolah dengan baik. Ada yang tamatan D3, D1 bahkan pengusaha travel dan lulusan akademi perawat. Tentu semua karena kerja keras Hasim selama ini untuk menyekolahkan anak-anaknya, dengan perolehan rizki saat itu yang seada-adanya. Doa Hasim tampaknya memang ampuh selalu….
Hasim kadang-kadang ‘bikin malu’ saya. Ia mengirimkan berbagai jenis mpek-mpek Palembang merk terkenal dengan jasa kurir pos, sekaligus kerupuk kriuk-kriuk Palembang yang asli banget lezatnya tanpa bumbu masak bertaburan. Dia seringkali berkata, “Sudahlah bu, ini sekedar tanda ingat saya kok. Jangan diganti uang lho bu..” . Mengharukan sekali ! Maka saya sebagai gantinya beberapa kali mengirimkan dari Jakarta kain, sarung, tas, pakaian untuk mereka sekeluarga. Itupun rasanya masih tak sebanding dengan apa yang ia lakukan untuk saya.
Hasim adalah sopir taksi. Ia teman saya sejak dulu. Bila saya tengah berduka dan dilanda masalah, sering saya telefon dia untuk minta nasihat dan ketenangan. Tak pernah terlintas pada pikiran saya dia ‘hanya sekadar’ sopir taksi. Sebab ia selalu berdoa untuk saya. Sebab ia selalu memberikan nasihat kesabaran yang berulang-ulang bagi saya. Iapun turut berbahagia tatkala saya beritakan anak saya meraih sarjana saat usia masih 20 tahun. Lalu kini delapan tahun kemudian sudah menjadi direktur produksi pada sebuah perusahaan, saya kabari Hasim pula dengan riang.
Saya amati lagi isi SMS pesan-pesan puasanya. “Mari kita PREMIUM (Prei Makan dan Minum), SOLAR (Sholat lebih Rajin), MINYAK TANAH (Meningkatkan Iman dan Banyak Tahan Nafsu Amarah ), PERTAMAK (Perangi Tabiat Maksiat)” — Hahahaaa… ada-ada saja temanku yang satu ini !
Selamat menjalankan ibadah puasa, pak Hasim…… saya yakini kesabaran ketabahan dan ulet bekerjamu dengan jerih payah yang sungguh jujur, telah menghasilkan buah ranum yang telah kau petik pula. Tuhan memang maha pengasih … mencintai hambaNYA yang selalu dalam jalur yang disukaiNYA….
renungan untuk saya juga, mbak Lin 🙂 : “Saya amati lagi isi SMS pesan-pesan puasanya. “Mari kita PREMIUM (Prei Makan dan Minum), SOLAR (Sholat lebih Rajin), MINYAK TANAH (Meningkatkan Iman dan Banyak Tahan Nafsu Amarah ), PERTAMAK (Perangi Tabiat Maksiat)” – Hahahaaa… ada-ada saja temanku yang satu ini !”