Pasar Cikini

Tiada bekas
tiada berkesan
Pasar Cikini penuh makna
tersambit buldozer garang
terkungkung pengembang ganas

Encik telor menangis
gudeg berpanci tak cepat habis lagi
buah terbaik punah tak lagi merekah
toko minyak wangi bagai makam sunyi

Ke mana suasana Pasar Cikini yang dulu
kriuk-kriuk kerupuk kulit
suara mesin kopi memancarkan aroma
hingga babi panggang tergantung merah
pintu putar di los daging bagai hantu
tak seperti dulu
karena tak ada lagi yang dulu

Mujair menggelepar
suara kambing mengembik nyaring
gema protes ke mana-mana
dari makhluk yang tak lagi punya kuasa

Pasar Cikini tinggal kenangan
tergerus ambisi rakus berkepanjangan
senyap…

Sebab pengunjung setiapun pergi selamanya
tak lagi Rosihan Anwar menenteng tas belanjaan
Rahmi Hatta maupun Mien Sudarpo melangkah di sana
hingga peragawati zaman bintang film berjaya
luwes berbelanja
masa lalu yang indah

Kenangan perih tiada tara
senyum hanya mengembang secuil
tatkala memandang rumah dukun patah kondang
yang sudah memiliki ambulans mewah
ah…,
perjalanan panjang membuat gerah !!

===============

(dari buku Perempuan Langit)