kualitas hidup apa itu
kalau tidak separuh waktu hidupmu
diisi dengan belajar
mengamati suasana
baca buku
pendalaman
apapun
kualitas hidup apa itu
kalau omongan orang tak diingat
ilmu tak diserap
dengan seksama
huh !
segala hal kamu marahi aku
karena kerjaku tidak rinci
kurang teliti
tampilan kurang gesit
apapun
aku gebleg di matamu
lalu kamu ajari aku
segala hal
tentang kehidupan
soal kejujuran
harga diri
prinsip kental
hingga melawan arus
kadang dari kota dingin
kamu telefon aku
di meja kerja
sembari manyun
mengejar berita sia-sia
gue kedinginan
jaket lupa dibawa
suruh sopir ambil di rumah dinas
yang dibawa raket
bukan jaket
aku tergelak
rasakan kamu
terlalu segalanya harus persis
taat waktu
taat janji
teliti kerja
pakai saja taplak meja
untuk pengganti jaketmu
hahahahaaa…
si nenek tadi semprot tamu
ceritamu Ndut suatu kali
tentang sekretarismu
ibu tua loyal selangit
serta sungguh tinggi etos kerja
pada dirinya
tatkala tamu memberi amplop
segepok uang menggiurkan
untuk kado bagi dirinya
serta sang majikan di ruang kerja
maka nenek sontak menjerit
menggebrak meja
karena merasa terhina
itulah ceritamu Ndut
di sela kesibukan kerjamu
mengatur seluruh direksi di bawahmu
yang acapkali manggut kepala menurut
atas semua kehendakmu
padahal ada yang dari kesatuan
berbusana hijau sebelumnya
bisa leluasa kamu pencet hidungnya
manakala berani bermain mata
dengan para rekanan swasta…
lalu kamu marahi aku lagi
saat lalai belajar ilmu lain
sebelum mengejar sumberku di mana-mana
kalau air mataku menetes
tambah pula kamu bentak aku
sialan!
dunia pun berbalik putarannya
roda tak selalu menggelinding di atas
kamu terbalik di depanku
menangis tersedu-sedu
gara-gara penguasa sialan
dengan anak-anak sialan
berebut tender abal-abalan
maka kamulah yang jadi sasaran
nyawa kuasamu ditendang
hingga kamu terjengkang
karena bapak raja begitu berang…
sahabatku keok
yang biasa memarahiku
berbalik aku memarahimu
bangkit!
punya banyak tanggungan
ada istri yang tangguh
hidup jauh dari duit maling
mengapa pula harus merasa terpelanting?
Ndut,
dasar jiwamu jiwa srigala
tangguh
galak
tak pantang menyerah..
kamu pun bangkit
berhadapan dengan penguasa baru
derajat kembali cemerlang
meski akhirnya kamu pening alang kepalang
merasa tiap saat dipermainkan…
suatu saat aku jatuh sakit
menengok tidak malah aku kembali disemprot
memarahi tak tanggung-tanggung
kenapa tidak jaga kesehatan
kamu punya tanggungan
harus punya kualitas hidup..
duh,
kata-kata omelanku dikutip
lantang menyerang dari mulutmu
heran ya Ndut
bertahun-tahun kita jarang bertemu
komunikasi hanya lewat telefon genggam
sehari enam belas kali…
berbicara mulai seluruh tabiat menantumu
plus besan-besanmu
hahahaaa…
tampaknya cerita itu jadi hiburanmu
hingga kita bicara isi koran
serta para badut petentengan
yang merasa hebat di gedung putih itu..
serta para maling kawakan
yang selalu luput dari pemeriksaan…
lalu kamu sakit parah
anakmu memanggil aku
keluarga mendampingi penuh was-was..
kamu bilang, ayo temani aku
ke ruang cuci darah..
aku ciut
maaf Ndut aku harus ke Bogor
buru-buru tak bisa lama di sini
kamu marah
mengapa tak bisa bagi waktu
sesekali temani aku
toh kita sangat jarang bertemu
terakhir bukankah dua tahun lalu..?
seakan marahnya adalah sindiran bagiku
karena ia tahu aku berdusta
hanya berada di Jakarta saja
bukan harus pergi ke luar kota…
aku tak bergeming
saat kamu marah seperti itu…
lalu aku pamit..
hingga esoknya kabar menghampiri
kamu wafat !
aduh Ndut…
aku tersungkur…
kenang-kenanganku terakhir denganmu
di dalam ruang cuci darah
saat kamu memarahiku
penuh kecewa
kesal
sembari kau remas telefon genggammu…
Ndut, maafkan aku…
sahabat di kala senang
apalagi di kala susah..
tanpa bertemu muka semaunya
aku pun berbisik
kepada anak istrimu…
aku tak sanggup lagi menginjak rumah ini…
pasti yang ada adalah lumuran duka…
maafkan aku…
inilah kado puisi dariku Ndut
manakala duapuluh sembilan Januari
adalah hari kamu dilahirkan..
puluhan tahun lalu…
sementara aku kini
begitu senyap …
kangen dimarahimu
seperti waktu lalu…
suasana seru itu
pupus sudah
lenyap sejadi-jadinya
selamanya….