kalau kamu akhirnya di layar kaca
mengaku bukan ustad
atau belum menjadi ustad
apalagi kyai
mengapa tingkahmu begitu hebat
meninggikan harga selangit
menciptakan diri sebagai ustad
menikmati dielu-elu sejuta umat
didengar disimak
ditempatkan di singgasana terhormat?
kalau kamu akhirnya di layar kaca
mengaku bagai lelaki rendah hati
mengapa gayamu tak kau hapus
duduk mengangkang
mulut nyerocos
cincin melotot gede-gede
berada di beberapa jemarimu
bahasa tubuh blagu
berandai dirimu penguasa dunia
bicara berbelit intonasi membahana
kamu bukan ustad?
jelas kamu bukan ustad
sebab ustad mengajarkan kebaikan
agama indah penuh cinta kasih sayang
bukan kekejaman
yang dilontarkan seenak perut
di depan anak-anak
di depan tua renta
di depan para remaja
di depan pendengar dewasa
ustad tak bertaring
memperhina sesama di hadapan khalayak
sembari menyitir ayat kebaikan
agar tetap dianggap mulia hingga ke awan
kamu bukan ustad?
jelas kamu bukan ustad
karena tak layak jadi panutan
mungkin layak sebutanmu preman !!
Sepupuku yang Ustad, bahkan tak dikira sbg Ustad. Tapi, sikap hidup dan kerendahan hatinya, membuatku terpesona. Dia benar2 seorang teladan, seperti Ayahandanya, saya mengenal Keluargaku yang Muslim yang indah, rahmatan lil alamin. Thanks mbak Lin, untuk refleksinya. Lebih banyak tokoh2 yg memberi Islam (maknyanya, bertakwah kpd Allah SAW). Kalau satu dua yg kurang, meski menonjol, biarlah Mbak. 🙂
Mohon maaf Bung Berthy , ( Bertakwa kpd Allah SWT , bukan SAW )
salam kenal
Jika kamu ditampar pipi kirimu beikanlah pipi kananmu, jika kamu memberi dengan tangan kanamu jangan sampai tangan kirimu mengetahui nya.