Komik Indonesia yang Seru

 

Mengapa kita, anak cucu kita lebih asyik menikmati komik Korea dan yang berbau asing?  Sekarang bisa kita nikmati komik heroik nusantara yang sungguh menarik. Cerita fiksi bertumpu pada  latar belakang dan tokoh nyata ini layak dibaca. Tidak hanya oleh anak-anak dan remaja, namun juga untuk kalangan dewasa dan lanjut usia.

Komando Rajawali

 

Komando Rajawali

 

Komando Rajawali

Story: Edna Carolina

Art and Colir: Thomdean

Letterer and Graphic Designer: Wendie Artswenda

Editors: Suryopratomo dan Tigor Tanjung

Kisah Heroik Anak Abege dan Kolonel Broto

Komik ini digarap dengan latar belakang sejarah. Bermula di Purworejo, di tahun 1944. Kehidupan warga di sana, di zaman pendudukan Jepang, tampak miskin. Pakaian mereka terbuat dari karung goni, yang sering gatal karena banyak kutunya.

Namun begitu kehidupan anak-anak tetap terlihat ceria. Hampir setiap hari anak-anak di sana masuk hutan memetik buah dan daun-daun yang bisa dimakan. Ada Panji yang berlatih silat atau Ahong yang pandi kungfu. Kadang anak-anak di sana bertanding sepakbola antar kampung.

Sekonyong-konyong desa yang tadinya tenang kemudian porak poranda. Lumbung desa di tempat itu diserbu tentara Jepang. Hasil panen dan ternak diambil untuk dijadikan logistik perang. Banyak pemuda yang diangkut secara paksa atau diculik secara oleh tentara Jepang untuk dijadikan Romusha. Tak heran isi kampung di sana hanya tersisa anak-anak, perempuan, dan orang tua.

Ternyata anak-anak itu, kalau bahasa sekarang, anak abegeyang tersisa di kampung itu,tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan terhadap penjajah Jepang.

Kolonel Broto dan Empat Sekawan

Adalah Panji, Jarwo, Ahong, dan Alit. Itulah karakter empat sahabat yang menjadi pejuang. Mereka mencoba membebaskan anggota keluarga mereka yang perempuan diculik Jepang, dan disekap di sebuah gudang, sebelum diangkut ke Jakarta.

Dikisahkan bagaimana mereka berempat bersiasat menghadapi tentara Jepang. Namun di tengah perjuangan mereka dan keberhasilan mereka dalam meledakan gudang peluru milik Jepang, rupanya bersamaan dengan bergeraknya para pejuang republik yang dipimpin oleh Kolonel Broto. Pasukan yang dipimpin Kolonel Broto itu rupanya juga mencoba membebaskan para perempuan Indonesia yang disekap Jepang.

Tentu saja pasukan yang dipimpin Kolonel Broto merasa diuntungkan dengan serangan awal yang dilakukan oleh Panji dan teman-temannya itu. Alhasil, tawanan perempuan Indonesia itu berhasil dibebaskan.

Kisah heroik anak yang baru gede ini sepertinya mengingatkan kita kembali bahwa pemuda waktu itu, kendati dengan modal semangat atau modal nekat, mereka terus berjuang. Modalnya, selain keberanian, adalah pistol dengan empat peluru,  ketapel, dan bom molotov. Mereka nekad mencoba membebaskan tawanan perempuan yang disekap Jepang.

Indonesia yang  Majemuk

Ada nilai pesan yang ingin disampaikan oleh cerita di komik itu, yaitu semangat nasionalisme dan multikulturalisme. Usia boleh muda, republik belum lagi terwujud namun jiwa keIndonesiaan itu rupanya sudah terbentuk. Gelora nasionalisme itu, disandingkan dengan semangat multikulturalisme dengan munculnya karakter Ahong dan ayahnya Koh Abun. Koh Abun ternyata adalah pemilik toko yang kerap mendukung penyediaan logistik bagi para pejuang yang dipimpin oleh Kolonel Broto. Disitu digambarkan bagaimana perbedaan etnis tidak menghalangi perjuangan bersama untuk mencapai kemerdekaan buat Indonesia. Indonesia memang dibangun oleh dan untuk warganya yang majemuk terdiri dari berbagai etnis, suku, golongan, dan agama.

Tentang seting atau perlengkapan senjata tentara Jepang ketika itu di gambarkan sangat detil. Ini tentunya merupakan hasil kerja keras dari si empunya cerita Edna Caroline yang melakukan riset sangat mendalam. Juga karakter Kolonel Broto yang ada di komik itu seperti mengingatkan kita kembali pada tokoh pejuang Gatot Subroto yang anak buahnya paling senang kalau dipanggil “monyet”. Karena itu artinya, suasana hati Gatot Subroto lagi senang dan lagi sayang pada anak buahnya. Jangan kalau ia memanggil anak buahnya “yang mulia”. Itu artinya, ia sedang marah.

Detil dalam bentuk dialog memanggil “monyet” atau “yang mulia” itu ada dalam bagian alur cerita di komik itu. Maka tak heran apabila ada disclaimer dalam komik bertajuk Komando Rajawali sebagai berikut: cerita dalam komik ini adalah fiksi dengan latar belakang sejarah dan tokoh nyata.

Artinya, latar belakang sejarah dan tokohnya memang benar ada. Jadi, tunggu apa lagi, selamat membaca! Tersedia di berbagai toko buku di Indonesia, dan harga yang sangat terjangkau, hanya Rp 25 ribu.

 

Linda Djalil

Penikmat Buku

 

Komando Rajawali

Komando Rajawali

Komando Rajawali

Komando Rajawali

Komando Rajawali

 

Komando Rajawali

 

Komando Rajawali