Si Mamah Telah Pergi….

ia seorang ibu
dari sekian anak
yang menjulang sekolahnya
berhasil karirnya
atas hasil didikannya

tubuhnya gempal
bersanggul rapi
tanpa kusut sehelaipun
tak mempan diterpa angin

ia seorang ibu
dipanggil mama
namun segala orang selalu menyapa
dengan kata ‘si mamah’

si mamah acapkali riang
tatkala gemuruh hatinya melanda
senyum tetap mengembang
sembari mata jauh memandang
ke depan yang penuh gemilang
berpelukan selalu dengan keluarga
anak-anak yang penuh sayang..

si mamah tertawa lebar
bila masuk ke ujung pintu rumah sakit
di kawasan jakarta selatan
mulai dari pemanggil mobil
sampai suster apalagi dokter
tak lepas dari sapa kasihnya

si mamah punya banyak makanan
di dalam tasnya yang lebar
bagai sinterklas di awang-awang
pegawai rumah sakit dibuat selalu riang
kue mampir satu persatu
dari tukang parkir
para suster
pegawai laboratorium
sampai sang dokter

bila si mamah lewat
semua menyapa ramah
si mamah .. si mamah
sehaaat?
damaaaang?
kabar baik kan mamaaaaaah…?
begitu sehari-hari yang ia terima
di rumah sakit mewah

si mamah juga berteman
dengan semua teman anaknya
tak ada yang boleh memanggil cara lain
si mamah adalah simbol cinta yang luas
panggillah saya si mamah…
karena saya mama kalian…
jangan sungkan dan malu…
kalian sedih mamah juga akan sedih..

kini semua orang memang bersedih
si mamah hilang sudah..
beberapa hari menjelang lebaran
mamah tiada
setelah dirawat di rumah sakit langganan
yang penuh pegawai pengecap penganan
penerim kado selalu darinya…

tiada mamah tempat bersungkem
tiada mamah membagikan rendang ketupat lebaran..
rumah sepi kini..
si mamah yang ramai
kini menjalankan kehidupan barunya
dengan tetap sumringah..
indah..
penuh tawa..
karena hatinya yang cantik…
tentu ia akan tetap cantik
di mata Tuhan…..

For years, paper writers I harbored not-so-fond memories of her, but now I know that her strictness about penmanship was actually helping my brain develop.