Osdar, kawan lama saya wartawan senior harian Kompas yang biasa ‘ngepos’ di kawasan Istana, dan tulisannya acapkali jenaka walau menggigit, pagi ini memberikan info yang menarik. Tulisannya ada di Kompas hari ini, Selasa 11 Desember 2012 halaman tiga.
Ia memaparkan kembali kegiatan hari Kamis tanggal 6 Desember lalu, yang terjadi di Istana. Selain paginya ada acara KRI Makassar yang berada di perairan Teluk Jakarta, Presiden SBY meresmikan berbagai proyek Pertamina. Malamnya, SBY menerima pesan pendek SMS dari Mensesneg Sudi Silalahi tentang pencekalan atas Menpora Andi Mallarangeng dan adiknya Andi Zulkarnain (Choel) Mallarangeng dan pejabat PT Adhi Karya Mohammad Arief Taufigqurahman yang diumumkan resmi oleh wakil ketua KPK Bambang Widjojanto. Apalagi kalau bukan karena kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olah raga Hambalang.
Esoknya, Jumat tanggal 7 Desember datanglah Andi Mallarangeng menghadap presiden, sementara seluruh koran di negeri ini sudah ramai dengan berita sang Menpora telah menjadi tersangka. Setelah Andi juga bertemu Wapres Boediono, Sudi Silalahi dan Menteri Sekretaris Kabinet Dipo Alam, ia mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Menpora dan Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat.
Di keterangan persnya, Andi tak lupa mengatakan bahwa dialah mahasiswa yang dulu juga berjuang untuk sebuah pemerintahan yang bersih. Lalu, Osdar si wartawan dengan cerdas mengutip kata-kata yang dilontarkan pak kumis ini dari buku hasil karyanya sendiri “Dari Kilometer O,O ” yang terbit tahun 2007, antara lain , “PARA KORUPTOR DAN PEJABAT LAINNYA, BERTOBATLAH! SEGERA KEMBALIKAN HARTA MILIK NEGARA, DAN PENUHI KEWAJIBAN UMUM ANDA. TIDAK PERLU LAGI BERPIKIR UNTUK KABUR KE LUAR NEGERI… TAPI JIKA PEMIMPIN DAN RAKYAT BERSATU, KORUPTOR DAN PENJAHAT AKAN TERSAPU OLEH BADAI. BADAI KEHENDAK RAKYAT UNTUK PEMERINTAH YANG BERSIH DAN BAIK”
Lalu tulis Osdar lagi di Kompas sebagai penutup, >> Ketika Andi Mallarangeng mengumumkan pengunduran dirinya, seseorang yang berdiri di belakangnya melelehkan air mata. Namun, proverbia (pepatah) Latin mengatakan, ” Lacrima nihil citius arescit ” – ( tak ada yang lebih cepat mengering daripada air mata). Hehehe… Selamat pagi.
Itulah tulisan Osdar. Duh, gue cubit looooo Osdar, yang gempal dan bermuka ‘baby face’, cerdas, usil, dan bila bertemu saya dulu di ruang wartawan di kantor Sekneg, maupun di halaman Istana, dengan edannya dia selalu pura-pura berusaha memeluk saya dengan sebaris lagu, nobody but youuuuuuuuuuu….! — Tulisan Osdar sungguh bersahaja, gampang ‘dikunyah’, mengundang sejuta rasa bagi si pembaca, ya gregetan, ya geli, ya pedih bercampur mual…, dan, ia juga pandai memaparkan fakta yang runtun, daya risetnya kuat, dan selebihnya… silakan pembaca menilai sendiri makna tulisan ini, bukan?
Eh, ngomong-ngomong, buku pak kumis terbitan 2007 dengan kutipan yang sungguh tegas, indah dan sangat berjiwa patriot itu masih bisa dicari di mana ya Osdar?? Lain padang lain ilalang memang. Kita tidak pernah tahu apakah bila lain tahun lain zaman, berkemungkinan lain pula segala kekuasaan, kesempatan, niatan, lontaran dan implementasi di lapangan….., bukankah begitu, Osdar?
Mungkin Bung AAM sangat tulus sampaikan itu, ketika tahun 2007. Andi mungkin lupa, tgl 24 Desember 2005, siang, seorang Frans Seda menelponnya untuk berbicara dengannya untuk atur pertemuan dengan SBY, AAM begitu ‘cerdas’ membela Presiden SBY, yang baru menolak grasi Tibo Cs, yg dieksekusi 22/23 September 2006. Sekarang Andi boleh ingat lagi, apa yang dipesankan seorang tua, Frans Seda kepadanya. Gus Dur – Abdurahman Wahid dan Seda ketika itu mengingatkan SBY tentang ketiga orang tersebut yang belum tentu bersalah, namun DITOLAK Grasi oleh SBY. Sekarang, ketika semua perangkat hukum sedang mengalami situasi “bellum omnia contra omnes”, SBY sebaiknya lebih rendah hati.
Trimakasih Mbak Linda Djalil untuk mengangkatnya. Saya tidak ingin menulis apa pun lagi tentang hal-hal di mana, Sejarah tidak menjadikan manusia SADAR dan HUMBLE…..
@Berthy : pedih !!