Jumat Keramat

peluh keringat
degub jantung tiada diundang
muncul menyengat
menyelinap ke dada

burung gereja mengudara
mengalunkan suara angin
mata berkejap takjub
menyapa burung kenari
menari penuh warna
tiada beban
bebas merdeka
sungguh berbeda
dengan yang terhina….

peluh keringat
inilah tiba segala saat
punahnya sebuah martabat
air mata bergulir
was-was
malu…
gamang…

tiada satupun mampu digapai
tempat bersembunyi
perlindungan kekal
tak ada..
betul-betul tak ada..
hampa merana
musnah kegagahan rona

lemari membludag
terisi tas mewah
gaun cemerlang gemerlap
kinclong bagai lampu kristal
moncong sepatu bagai tersenyum
segala nama
segala merk
segala harga selangit…

laci perhiasan melantunkan irama
pedih
cemerlang berlian bagai tak mampu
memanipulasi suasana
lagu menuju makam..
pertanda tangis duka
bersuara sama-sama..

oh Jumat keramat
mengapa tak bisa diredam sesaat
dempulan pupur wajah malah menyayat
gaduh ejekan nyaris seluruh rakyat…
lonceng kembali bergema
lonceng kematian..
lonceng keruntuhan
lonceng yang lancang
lonceng yang lancang…
pada Jumat keramat
yang begitu dahsyat….