Kata teman-teman, rumah saya adalah kerajaan kura-kura. Dari sudut depan rumah sampai halaman belakang, banyak kura-kura bertebaran. Entah mengapa, sejak 10 tahun lalu saya mulai gemar mengumpulkan kura-kura dalam bentuk apapun. Seingat saya, saat balita dulu sering diajak ayah ke rumah keluarga Rustam Munaf di jalan Maluku kawasan Menteng Jakarta Pusat, ada kura-kura di kolam ikan belakang rumah. Lucu sekali, imut-imut dan menggemaskan. Keluarga ini sangat akrab dengan ayah ibu saya. Salah satu anaknya adalah Fariz, yang sampai sekarang dikenal sebagai penyanyi Sakura yang berkarya dahsyat itu. Ya, Faiz dulu dan kakak-kakaknya sudah senang nge band di rumah mereka. Sementara saya, sibuk dengan colek-colek kura-kura mereka di halaman.
Ada orang yang gemar mengoleksi patung kodok, kelinci, ayam. Iin Ray Sahetapy sangat ‘gila’ kepada gajah. Lukisan, patung, baju bergambar gajah, semua ada di dalam rumahnya. Kadang saya membawa oleh-oleh suvenir gajah untuk dia, barter dengan kura-kura yang ia berikan kepada saya. Suatu saat saya diberikan tas berbentuk kura-kura, hasil perjalanannya dari Eropa. Bagus sekali tas itu.
Giwo menantu pak Wiyogo Atmodarminto pernah mengirimkan kura-kura kaca untuk saya. Duh.. kerreeen! Felia Salim, yang kini wakil direktur BNI ‘46 juga begitu baik hati tak lupa menenteng kura-kura dari batu bila ia pulang dari luar negeri. Pernah ada batu biru berbentuk kura-kura yang ia bawa dari Turki, duh… indah sekali. Ima putri dari eks KSAU Saleh Basarah juga menyelipkan gelang kura-kura di dalam tasnya, saat ia jalan-jalan ke lur negeri. Lalu diberikan kepada saya. Dewi Junin teman lama saya, saat berlama-lama di kediaman adiknya yang menjadi duta besar di Fiji, berburu suvenir kura-kura khusus untuk saya. Baru-baru ini teman facebook saya, Badra, menghadiahkan batik bergambar kura-kura berwarna merah. Waaah… cantik sekali. Seorang pendaki gunung hebat, Yta Gultom juga tak pernah lupa mengoleh-olehi saya apapun yang bergambar maupun berbentuk kura-kura. Juga Lucy Pandjaitan salah satu manajer bank yang hobi keliling dunia, suatu saat menghadiahkan saya sesuatu yang berbentuk kura-kura, juga batik bergambar kura-kura yang indah sekali. Lucunya, pernah Yasmin yang masih balita, cucunya pak Bambang Kesowo eks Mensesneg, menghadiahkan saya gambar tempel kura-kura dan kura-kura karet untuk ditempel di bak mandi. Seorang pematung terkenal, Tine, yang juga seorang dosen seni rupa di IKJ, memberi kado ulang tahun untuk saya yang khusus ia buat dari tangannya sendiri, kura-kura pakai lipstik!
Adik-adik saya sering berkata, “Wah, kasih oleh-oleh untuk si kakak sih gampang. Cari saja gantungan kunci atau apapun bergambar kura-kura. Murah meriah, dia sudah senang deh!”. Yang juga mengharukan, sebelum Adjie Masaid wafat, ia sempat memberikan beberapa kura-kura dalam bentuk gantungan kunci, oleh-oleh dari Jogja.
Beberapa bulan lalu saya pergi ke Kalimantan Timur bersama mbak Dewi Motik dalam rangka tugas kerja. Kami menginap di Pulau Derawan…. pulaunya kura-kura! Tercengang sungguh saya melihat kura-kura lebih besar dari bantal! Duuuuh.., andai bisa saya angkut pulang…hahaha…!!
Lagi-lagi, kali ini saya hanya ingin berpanjang cerita lewat foto saja. Selamat menikmati…..!
walah,
neng nggonku gambare ora metu mbak,
jadi tambah senapsaran iki
Ibu Linda,
saya senang membaca catatan Ibu. Kali ini saya tergelitik untuk komentar, karena yang Ibu temukan di Pulau Derawan bukanlah kura-kura, melainkan penyu. Ada perbedaan biologis yang sangat signifikan pada kedua jenis tersebut, dan yang paling penting adalah perbedaan status perlindungannya karena jumlah populasi penyu yang menyusut tajam.
Tanpa maksud menggurui, saya sampaikan komentar ini, siapa tahu Ibu Linda berminat untuk menuliskan lagi tentang perjalanan ke Kepulauan Derawan dan interaksi Ibu dengan penyu.
Salam.
Iya, betul. Memang itu penyu. Saya baru menyadarinya belakangan. Tapi apa pun juga, bentuk fisik sekilas persis kura-kura ya? Dan mengapa di sana orang-orang menyebutnya juga kura-kura ya? Saya kagum sekali dengan penyu besar-besar itu. Pulau Derawan yang menawan. Terima kasih ya atas koreksian ini.
salam kenal bu linda, saya “tergetar” dgn kura2 koleksi ibu. pertama, karena saya fans berat fariz rm, kedua, karena anak pertama saya penggemar kura2 dan suka banget nonton film franklin the turtle, kalau saya hobinya menyulam, menyulam gambar kura2…senengnya bisa berbagi
salam kenal dan salam kura-kura. menyulam? waaah hebatnyaaaa…
Mbak Linda, anda pasti penggemar cerita Franklin juga ya? Apakah jg penggemar kura? Yg yg ukurannya mungil itu? Bbrp wk lalu smpta booming. Nak anak sy /TK beli tp lama2 dia bosan merawatnya smpe punggung kura2 berlumut. Sy tdk suka pelihara binatang jd sy ksh k tetangga. BTW NIce blog
terima kasih teman ! koleksi kura-kura (bohongan), sekedar boneka, patung dan lukisan kura-kura. yang betulan hanya ada dua ekor. itu pun sudah punya sejak dulu…hehe…
waktu liat judul ini di kompasiana, lgsg dibaca.
soalnya aku suka kura-kura 🙂 , yg bergerak & yg diem aja.
tp yg kasih bukan orang-orang terkenal, pemberian orang biasa dengan perhatian & rasa sayang luar biasa.
pernah disundul penyu waktu snorkeling di lombok.. waaahh rasanya kayak habis ketemu artis idola..
norak ya.. biarin ah.. hahahhaa…
Terima kasih sudah mampir ya! Kebetulan ‘orang-orang terkenal itu’ sudah saya kenal sejak dulu, sebelum mereka jadi ‘orang terkenal’ dan belum jadi apa-apa…. hehe..! Salam kura-kura !