Anto

Anto telah pergi

aku menerawang

puluhan tahun dengan mobil hijaunya

penuh pemuda

semua teman dekat sekelasnya

siap menyerbu  rumah besar

teduh lebar penuh penganan

 

Anto dulu  menjadi tambatan

untuk mobilnya

untuk rumahnya

berkumpul sentosa

semua remaja

belajar bersama

 

aku duduk di sudut rumah besar itu

sebelah kiri pintu depan

menghadap piano jemari bermain

Anto minta banyak lagu..

kuturuti dengan tawa

 

setelah sekian lama

kulihat Anto di halaman istana

menyalamiku santun menundukkan kepala

pertanda senang  jumpa teman lama

Anto mengurusi makanan leluasa

mulai dari istana sampai berbagai pesta Jakarta

 

 

suatu saat Anto mencuri kesempatan

menangkap wajahku dengan kamera

mencengangkan hasilnya

ia merekam situasi penuh cinta sesama

 

ketajaman penglihatan begitu bernas

masuklah nuansa alam dalam kamera

Anto menjadi manusia perekam gambar

diiringi halus budi membahana

karya sebagai perekam jejak

di antara kesibukan tetap pada tata boga…

darah seninya mengalir tiada henti

membuahkan hasil luar biasa….

 

lalu Anto sakit

kami mengobrol hampir tiap hari

melalui layar kaca…

kuingat kata terakhir pesan untuknya

Anto.. sebutlah selalu Irhamnna…..

niscaya Tuhan akan menyayangimu secara luar biasa…

 

Anto pergi siang tadi

tak akan kembali lagi

selamanya…

karena  sang Rabb penentu perjalanan manusia

sudah menetapkan hari

 

aku tak sanggup mendatanginya

seharian kuterpekur  pedih

sembari menghapus terus tumpahan air mata

aku berkata

Tuhan,..  aku tahu pasti

Engkau akan menempatkan Anto

seindah mungkin…

seindah mungkin..

seindah mungkin……….