bolehkah aku bertanya
apa isi otakmu
memajukan wilayah kekuasaanmu
juga rakyat di sekeliling
serta penghidupan yang layak
ataukah hanya sekedar
memikirkan urusan syahwatmu
karena antara otak dan hati
serta nafsu menggebu
tak bisa diatur rapi
bagai binatang liar di hutan
yang sibuk tidur dan makan
serta kepuasan alat kelamin menjadi urusan
aku kembali bertanya
siapa bundamu
dan ayahanda
yang seumur-umur mendidikmu
menjadi manusia berguna
atau mulut lancang bicara
penuh urusan gelora
bagaimana cara meniduri wanita
yang diukur acapkali dengan harta
lalu siapa pula gurumu
tatkala kamu meletakkan pantatmu
di bangku sekolah..
tak pernah pelajaran akhlak mampir
ke otakmu yang porno nyinyir…
sekali lagi aku bertanya
benarkah artis mudah ditiduri
dengan bayaran tak sampai ratusan juta
seenaknya congor mulutmu berkata
dan tidakkah kau sadari
yang bau mulut rasa bangkai
sebenarnya adalah mulutmu…
menyebar ke seluruh pelosok dunia
dengan segala hina
lalu,
akankah kita terus pelihara
manusia beraroma belatung semacam ini
yang tak punya secuil rasa
menempatkan martabat sejajar bupati
bahkan jangan-jangan..
dialah asli-aslinya si raja singa..
yang leluasa
doyan menerkam ke mana-mana..??!
Kasihan rakyat yang dipimpinnya. Pantesan wakil bupatinya mundur teratur.
betul sekali, Bude Binda….
Berthy br : kasihan untuk para bupati yang berkualitas dan masih baik… berada di tengah-tengah koleganya yang tidak kuat derajat !
Namanya sesuai dengan perbuatannya……
Ng …… Aceng !!!!
Poer : huahahahaaaaaa. !! ditato aja pak dokteeeerrr…!
Bupati Jancuk’an
memang julukan itu sangat layak untuk si keparat….
Sekarang sedang musimnya dinasti bupati. Bupati habis tugas diganti sang isteri melanjutkan jadi bupati, an isteri habis tugas, sang anak meneruskan manjadi bupati. Sang anak habis tuguskan dilnjutkan oleh sang menantu. Sang menanu habis tugas dilanjutkan oleh sang cucu.
Rupanya budaya dinasti sudah ada yang memebri contoh kan?
GM Sudarta : menyedihkan memang…!
Tidak banyak pemimpin daerah yang baik. Tapi, tidak sedikit yang masih sangat egosentris…. Kalau yang sudah baik, lanjutkan perjuangan. Tapi, permenungan ini mengulangi spirit kaum Sufi maupun filosof yang sejak semula mengkritik para Pemimpin yang menempatkan kekuasaan (takhta), kekayaan (harta) dan hedonisme (seksualita) menjadi kriteria utama dan barometer sukses, bukan kemakmuran rakyat….. Renungan ini tentu boleh juga tidak hanya buat mereka yang secara formal disebut BUPATI, tetapi juga ke pemimpin struktural ke atasnya dan ke bawahnya, ke kiri kanannya, atau semua kita….. Renungan dan kritik yang lugas…